Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepengal Kata di Usia Senjamu

22 Maret 2023   12:49 Diperbarui: 22 Maret 2023   12:58 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sepengal Kata Di  Usia Senjamu"

Hari itu.....
Sabtu....
Lima puluh tahun yang lalu....
aku dilahirkan dari rahimnya.
Seorang laki-laki yang sudah memiliki tiga orang anak gadis.

Terlahir sebagai anak yang tak disangka-sangka keberadaannya.
Awalnya mungkin perempuan yang tidak muda lagi itu sedikit shock, tapi naluri seorang ibu tidak mungkin bisa memungkiri.

Bayi yang katanya digadang-gadangkan sebagai anak bungsu itu ternyata memang tidak memiliki lagi saudara setelah kelahirannya.

Lima puluh bukan angka yang sedikit...
Lima puluh tahun bukan angka yang banyak saat itu.

Bersyukur memiliki saudara yang baik meskipun satu diantara kami sudah terlebih dulu dipanggil oleh pemilikNya.
Sebagai anak paling bungsu, aku memang lumayan keras kepala dan adakalanya keluar sifat manjanya.

Tapi, saking keras batok kepalanya itu, manjanya bisa berubah menjadi garang dan paling malas tergantung sama orang lain.

Hei.....
Si keras kepala....
Selamat hari lahir ya....
Belajarlah melembutkan diri dan jangan lelah mengasah sifat sabarnya.

Kita pernah mengukir kisah dan kenangan, kita pernah membagi kasih bersama bahkan semua keluh kesal pernah kita lewati.
Aktifitas ini adalah aktifitas yang sudah saya tinggalkan namun masih tetap saya rindukan.

Saya bekerja keras bukan mengejar dunia tapi karna saya tau bagaimana rasanya direndahkan saat tidak memiliki apapun.

Apapun hasilnya yang terpenting terus beproses...
Setidaknya belajar mendengarkan...

"Ibu, aku gagal, aku nggak lolos seleksinya" sederet kalimat muncul dalam notifikasi WA ku pagi ini.
Segera kulihat pengirimnya, ternyata dari seorang teman.

Dalam bayanganku teman yang sudah kuanggap sebagai adik itu pasti sangat sedih dan kecewa, matanya yang biasanya bersinar penuh gairah itu pasti akan meredup dan mulai berkaca-kaca.

Andai....
aku ada di dekatnya sudah pasti kuberikan 'pelukan beruang' kepadanya. Sayang kami berjauhan.

"That's okay, kawan...
masih semangat kan?" responku cepat.
"Masih...
tapi aku kecewa aku tahu ini bukan rejekiku", tulisnya lagi

"Jangan kecewa...
karena pada hakekatnya hidup itu bagai perlombaan, kita akan win atau learn.

Nggak ada kata lose kawan...
Ayo semangat yaa.."
jawabku mengutip quotenya Nelson Mandela yang mendunia itu.

"Tapi, I need more time to heal myself, mommy", lanjutnya.

"Tentu kawan...

butuh waktu boleh tapi jangan lama lama ya...

Belajar atau learn lagi, kenapa nggak lolos, sebagai pijakan kita kedepan", sambutku (sok) bijak.

"Okay Ibu, thanks untuk semuanya", balasannya tepat ketika aku mulai memasuki kantor hari ini.
Entah mengapa cuplikan chat ini terekam dalam di otakku, bahkan hingga aku menuliskan goresan pena ini.

Mungkin saran yang kuberikan untuknya merupakan nasehat untuk diriku sendiri untuk selalu berpikir positif.

Di sela tugas dan berbagi tetap menjadi inspirasi untuk semakin bisa menjadi diri dan lingkungan lebih berarti. "Lakukan yang terbaik pada sisa usia senjamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun