Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerapkan Budaya Damai Dalam Merdeka Belajar

1 Maret 2023   00:43 Diperbarui: 21 April 2023   01:08 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan budaya damai disekolah sangatlah penting, apalagi sekolah merupakan sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta didik yang beraneka ragam suku, agama, ras dibawah pengawasan pendidik.

Sekolah damai merupakan sekolah yang menjunjung tinggi kedamaian, menghargai perbedaan dan menjaga ikatan tali persaudaraan diantara sesama warga sekolah (kepala sekolah, komite, pendidik, tenaga pendidik, peserta didik). 

Tujuan melaksanakan sekolah damai ini adalah penguatan budaya damai dan pencegahan kekerasan dilingkungan sekolah. 

Sekolah mendukung program pemerintah pada merdeka belajar melalui sekolah damai dengan harapan supaya terbentuknya sekolah yang nyaman, aman dan toleran. 

Pada pembinaan dan bimbingan peserta didik pada pembelajaran budaya damai bisa terlihat:

a. Suasana di sekolah penuh kasih sayang tanpa kekerasan.

b. Saling menghargai sesama peserta didik tanpa memandang latar belakang, suku, agama dan ras. 

c. Terjadinya persaudaraan dalam perbedaan dan keberagaman.

d. Selalu terjaga budaya damai dan persudaraan dilingkungan sekolah.

Kekerasan dapat terjadi dimana saja, tak terkecuali disekolah. Kekerasan memang tidak boleh dilakukan, apalagi dampak dari hal tersebut berhubungan langsung dengan mental seseorang. 

Sayangnya masih banyak orang yang kurang peduli pada masalah perundungan dan kekerasan. 

Perundungan merupakan perilaku agresif yang disengaja, menyakitkan dan dilakukan berulang-ulang. Sementara berantem tidak dilakukan berulang-ulang, sedangkan main kasar kadang-kadang berulang.

Anak-anak yang mendapatkan perlakuan perundungan biasanya tidak mendapat dukungan dari siapa-siapa dan membuat mereka harus bertahan hidup sendirian. 

Orangtua dan keluarga terdekat harusnya perlu mendapatkan edukasi soal masalah perundungan.

Sebagian besar orangtua tidak paham perasaan anaknya sendiri atau bahkan menganggap perilaku perundungan itu hanya candaan yang dilakukan teman-temannya.

Perundungan disekolah saat ini sudah menjadi hal yang biasa dilakukan karena tidak hanya kekerasan pada fisik dilakukan tetapi juga verbal, rasional hingga lewat media elektronik dampak yang ditimbulkan pun bermacam-macam dan bisa jadi menyerang mental para korbannya.

Dari korban perundungan yang penulis wawancarai, sebut saja A. 

"Dulu saya korban dari perundungan". Saya tidak mau bersekolah karena setiap hari saya diperlakukan tidak baik oleh lingkungan disekolah. Waktu itu saya masih duduk dikelas 7 SMP. 

Saya tidak berani melawan dan tidak berani melapor ke guru atau wali kelas dan saya tidak berani memberitahu orangtua.

Hingga akhirnya saya memutuskan berhenti sekolah, karena setiap hari saya dipukuli, ditendang dan dan dilakukan seperti hewan dan tidak ada yang mau membela saya setidaknya dalam satu hari saja. 

Sekarang di tahun 2023, setelah 18 tahun berlalu saya masih ingat apa yang mereka lakukan. 

Saya masih ingat wajah-wajah jahat mereka dan apakah saya dendam? 

"tidak" saya benci dengan perbuatan perlakuan mereka. 

Masa depan saya dirusak oleh mereka, kenapa mereka melakukan itu? 

Kenapa mereka tidak membiarkan saja saya sendiri menyelesaikan sekolah dan mendapatkan ijazah dan mungkin bisa mendapatkan pekerjaan itu.

Seandainya saat itu saya sudah tahu ilmu beladiri atau saat dulu lulus dari sekolah dasar saya tidak mendaftar ke SMP itu.

Inilah salah satu cerita kelam dari sekian banyak korban dari perundungan disekolah. 

Pentingnya peran orangtua dan pendidik  dalam menghadapi perundungan. Adanya kerjasama yang baik dan yang terarah  agar tidak ada lagi kasus perundungan.

Bagi orangtua yang anaknya menjadi korban perundungan harus segera ditangani dengan mengajak konseling ke psikolog agar pola pikir dan tindakannya bisa lebih terarah dengan baik. 

Jadi stop perundungan, karena itu merupakan tindakan yang tidak baik, lakukanlah yang lebih bermanfaat dari pada harus melakukan perundungan ke orang lain.

Stop perundungan.....

#kemdikbud.ri

#LombaArtikelKemdibudristek2023

#MerdekaBelajar

#MrdekaBerbudaya

#Hardiknas2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun