Masih kurasakan kabut itu menyelimuti dalam mimpi hariku. Tetesan embun dalam benak hayalan tampak malu-malu menampakkan dirinya secara utuh. Terlintas hamparan kehijauan rindang berpetak luas.
Tak luput pula mentari lambat laun muncul dari peraduan tidur panjangnya. Â Burung-burung saling berpekikan. Ciptakan nada-nada dengan irama nan merdu. Suatu nada yang cukup untuk menentramkan hati dan pikiran.
Lantas nada yang akhirnya mengalunkan suara hati, semburat bias senja itu tertutupi oleh gundukan tanah sepetak. Cahayanya berhamburan tak hanya membasahi air mataku.
Mewarnai angin yang menggoyangkan dedaunan. Ibarat serumpun padi ditengah sawah. Hidup subur bersama rumpunan padi menguning. Setangkai padi saja tak akan berguna. Serumpunlah yang dibutuhkannya
Sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok.
Apakah arti hidupmu?
Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Seindah-indahnya bunga tetap ada masanya. Akan mekar terlihat sangat indah, dalam waktu singkat layu lalu berakhir masanya.
Mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Nikmati proses mekarnya disetiap waktu. Akan ada waktunya kebaikan yang lebih berhak tumbuh di dalam diri kita.
Amati setiap proses tumbuh dan kembangnya. waktu demi waktu. Jangan biarkan ulat-ulat sifat buruk menggerogoti dan menghentikan setiap gerakan mekarnya. Siramlah selalu dengan air.
Ketika merasa terhina dan bersedih hati. Hanya karena ucapan kata-kata buruk yang seolah tertuju kepada kita. Berbalik menghinakan dengan kata-kata yang tak kalah buruk lagi keji.