Mohon tunggu...
Jandan A
Jandan A Mohon Tunggu... Jurnalis - Suka nulis dan nyanyi di kamar mandi.

Sang Waktu kau masih saja setia temani aku disini...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat HUT Kabupaten Pandeglang; Boga Urang, Boga Kabehan!

31 Maret 2017   20:01 Diperbarui: 2 April 2017   01:00 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabupaten yang terletak di ujung paling barat pulau Jawa ini usianya menginjak ke-143 tahun (1 April 2017). Jauh lebih tua dari sang induk muda-nya, provinsi Banten, yang baru akan merayakan sweet seventen.

Memiliki pusat pemerintahan di wilayah bagian utara, tepatnya di kaki gunung Karang dan berbatasan langsung dengan kabupaten Serang; relatif dekat ke ibu kota Negara- cukup dengan jarak tempuh 2 jam.

Mayoritas penduduk kabupaten Pandeglang adalah berdagang dan bertani. Jangan heran disini tidak ada kawasan industri, tempat hiburan seperti diskotik atau night club sejenisnya, bahkan Mall atau supermarket pun tak ada. Dikenal sebagai daerah ulama dan santri, tapi sayang belum ada Universitas Islam berdiri. Tapi ada memiliki sebuah universitas swasta umum, yang didirikan oleh organisasi lembaga pendidikan berbasis agama- yang konon katanya tertua di Indonesia.

Kabupaten Pandeglang ditetapkan sebagai daerah tertinggal. Penetapan ini ada dalam Peraturan Presiden Nomor 131 tahun 2015 tentang penetapan daerah tertinggal tahun 2015-2019. Perpres itu memberikan definisi bahwa daerah tertinggal adalah daerah kabupaten dengan wilayah dan masyarakat yang kurang berkembang dibandingkan dengan darah lain dalam skala nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesibilitas serta karakteristik daerah.

Sebagai kota yang fanatik (agama), Pandeglang juga dikenal memiliki banyak tempat yang dianggap keramat. Dari makam para Sekh, Kibuyut, patilasan hingga peninggalan berupa batu megalitikum dari zaman pra-sejarah. Sedikit banyak, kehadiran tempat-tempat keramat telah ikut mendongkrak roda ekonomi rakyat. Warung-warung penjual makanan dan souvenir banyak ditemukan, seperti di penziarahan Batu Quran atau Cikadueun. Belum lagi berapa banyak orang yang berprofesi sebagai Kuncen atau juru doa bagi para pemburu berkah yang datang dari berbagai penjuru daerah.

Diyakini, wilayah selatan lebih banyak memiliki potensi. Ada potensi laut, perkebunan dan hutan hingga tambang, juga memiliki badak super langka si cula satu. 

Nyatanya, setali tiga uang. Tidak di utara tidak pula di selatan. Ripah, rapih, repeh seperti yang sedari dulu didengungkan sejak jamannya sang induk tua- Pemprov Jabar tak kunjung jua datang.

Tidak mudah mencari jawaban, betapa teramat sulitnya kabupten Pandeglang untuk bisa keluar dari belenggu ketertinggalan dan kemiskinan.

Ada yang berpendapat, karena masyarakatnya kurang rajin dan ulet. Anggapan ini pernah dilontarkan oleh Bupati (mantan) Erwan pada beberapa tahun lalu. Dengan lantang dia menyebut, orang Pandeglang jika ingin maju (dalam pertanian) harus belajar kepada para petani di kecamatan Panimbang dan Sobang-yang notabene adalah para pendatang (transmigran). Ada juga yang menebak-nebak, katanya, penyebabnya adalah karena terlalu banyaknya pegawai Pemkab yang bukan asli pribumi. Mereka beralasan, jika ASN non-pri itu pensiun, maka harta benda dan dana pensiunnya akan dibawa pulang ke daerah asal. Yah, macam-macam lah pendapat orang itu.

Yang pasti jika ingin berubah, berdoa saja tidaklah cukup. Perlu ikhtiar yang sungguh-sungguh. Gamblang ditegaskan dalam kitab suci, Tuhan yang maha kuasa sekalipun tidak akan turut campur dalam hal ini. Hanya dengan kebersamaan itulah yang akan merubah nasib suatu kaum. Karena ini tanggung jawab seluruh elemen masyarakat dan sesuai dengan tema HUT ke 143, Pandeglang boga urang, mari bersama-sama mewujudkan Pandeglang yang lebih bermartabat, sehingga tujuan kita untuk berbangsa dan bernegara itu segera bisa terwujud.

Pandeglang boga urang. Boga kabehan; lain ngan ukur boga si Fulan jeung si Fulin. (Cigadung-Karangtanjung, akhir Maret 2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun