Mohon tunggu...
Janaka "Jak" Linglung
Janaka "Jak" Linglung Mohon Tunggu... lainnya -

bapak dari satu anak yang suka makan ketoprak :D\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golkar Butuh Ketum Bersih dan Tak Tercela

11 Mei 2016   13:54 Diperbarui: 11 Mei 2016   13:59 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup canggih Golkar membangun image, setidaknya mengubah citra yang babak belur dihajar ego. Dualisme Golkar sejak 2014 menghempaskan Golkar di Pilkada Serentak 2015. Golkar keok ke urutan ketiga paling bawah berada diatas PKPI dan PPP yang juga gonjang-ganjing. 

Tak cukup memenangkan Pilkada dengan persiapan "seemprit", tak ada survei, pencitraan dan konsolidasi. Omong kosong bisa menang.

Wong memenangi Pemilu selama Orba, Golkar dengan ABRI dan Birokrasi mempersiapkan dengan teliti dan detail. Perangkat pemenangan Golkar tak hanya Tentara, kaderisasi dibangun dari tingkat desa, semasa zaman Sudharmono dibentuk pula Kader Penggerak Teritorial Desa atau Karakterdes sebagai ujung tombak partai. 

Lah ini bagaimana mau menang, wong elitnya rusuh. Tim 10 yang dibentuk sebagai ikhwal rekonsialisasi tak begitu banyak bermanfaat meskipun waktu jelang pilkada serentak 9 Desember 2015 masih 7 bulanan tersisa. Konsolidasi tak utuh. Golkar kalah telak. Ini efek besar konflik yang tak ketemu juntrunganya.

Kini Golkar sedang menatap masa depannya kembali. Ini momentum krusial, kata Bamsoet salah pilih pimpinan, Golkar bisa terlempar. 

"Produk Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar 2016 menjadi potret yang akan menggambarkan profil masa depan partai; tetap besar dan makin kuat atau sebaliknya, menjadi semakin kecil dan lemah. Inilah tantangan sekaligus persoalan yang patut dipertimbangkan semua DPD, DPD I, dan DPD II Partai Golkar saat memasuki forum Munaslub yang mulai digelar 15 Mei 2016," tulisnya dalam Artikel berjudul Momentum Krusial Golkar. 

Situasi politik memang dinamis, 8 kandidat dipastikan akan beruji visi, kekuatan, jaringan sekaligus tingkat kediterimaan pada publik. 8 kandidat tersebut adalah  Ade Komaruddin, Aziz Syamsuddin, Mahyudin, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, PriyoBudiSantoso, Syahrul Yasin Limpo, dan Indra Bambang Utoyo.

Belakangan isu berkembang Akom vs Setnov yang akan balapan hingga tetes terakhir penentuan. Yang lain jadi follower saja, begitu analisa dari Hanta Yudha. Sah-sah saja membuat analisa dan prediski apalagi keduanya memang banyak terlibat perseteruan sejak saling suit posisi di parlemen.

Entah karena jadi kandidat kuat, sehingga setiap celah dicari atau memang memiliki masalah dengan integritasnya. Kedua kandidat terkuat versi Hanta Yudha sama-sama dilaporkan ke Komisi Etik Munaslub. Setnov dilaporkan atas tuduhan pelanggaran etika terkait permintaan saham PT Freeport Indonesia yang membuatnya harus menyerahkan jabatan Ketua DPR ke Akom.

Sedangkan Akom sendiri dilaporkan atas dugaan kebohongan karena dia pernah berjanji hitam diatas putih untuk tidak mencalonkan diri sebagai Ketum Golkar jika ia dipilih jadi Ketua DPR RI. Belakangan Akom kembali bermasalah karena tertangkap komisi etika saat bertemu dengan pemilik suara.

Layakkah keduanya terpilih, dipilih untuk Golkar yang lebih baik di masa depan. Terlalu banyak celah saya kira. Jika para pemilik suara mengikuti arus isu utama. 

Untuk merebut simpati rakyat, Golkar butuh citra yang baik, citra dari pemimpin yang tidak bermasalah dengan integritas dan kasus-kasus yang terkait dengan korupsi. Jika tidak, hasil dari Munaslub Bali juga akan sama saja dengan yang sebelum-sebelumnya.

Faktor kuncinya adalah prinsip prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT). Ini kunci utama Golkar tampil dengan wajah baru. Visi misi menjadi sangat penting, tetapi yang tak kalah penting soal PDLT ini.

Rekam jejak silahkan diunggah masing-masing kandidat, timses dan siapapun yang tahu masing-masing rekam jejak kandidatnya. Satu prinsip yang tak bisa diulang hanyalah prinsip tidak tercela, prinsip ini harusnya yang paling dikedepankan. Kandidat yang paling tidak tercela adalah yang paling pas memimpin Golkar di era yang baru ini. 

Di luar 2 nama tersebut, Airlangga Hartanto dan Mahyudin sepertinya bisa jadi pilihan Golkar dan para pemilih dari DPD 1 dan 2. Eka Sapta dan Eka Tri ala Airlangga Hartanto serta 4 Strategi konsolidasi internal menyeluruh, kaderisasi, rebranding, dan menyukseskan pembangunan nasional ala Mahyudin bisa jadi alternatif bagi Golkar. Jika Airlangga dalam akun twitternya sudah melakukan komunikasi dengan beberpa kandidat seperti IBU, SYL dan PBS untuk membangun poros baru.

"kami mungkin akan menjadi poros tengah, telah menjalin komunikasi a.l dengan SYL, IBU, @PriyoBudiS," kata @airlangga_hrt.

Akan menarik jika AH dan MM bisa juga menggabungkan diri jadi poros bersih tak tercela. Poros ini penting untuk membangun citra Golkar, meraup suara pada Pilkada serentak 2017  dan 2018 serta bersiap menuju gelanggang Pilpres dan Pileg bersama 2019. Keduanya memiliki peluang :D

AH yang sudah memulai perlu lebih jauh mendalami poros bersih tak tercela tersebut. Konsensu harus dibangun cepat, pembicaraan harus segera dituntaskan. Kesempatan bagi Golkar Baru yang Progresif sangat terbuka, peluang itu ada kini....

Semoga peserta Munaslub juga realistis dengan bayangan masa depan Golkar. Golkar harus dipimpin kader yang memiliki integritas dan tak tercela. Setidaknya tidak pernah dipanggil KPK.

Pengalaman Golkar memiliki Ketua DPR RI yang bermasalah harus jadi pelajaran. Golkar akan tersibukkan dengan urusan citra Ketum yang Tercela, Korup dan Bermasalah. Jangan korbankan kader untuk sekedar jadi tameng integritas Ketum yang memble. Golkar butuh Ketum Bersih tak TERCELA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun