Bencana sosial adalah suatu kejadian yang menyebabkan kerusakan pada sistem sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Bencana sosial dapat terjadi karena berbagai fakta atau, seperti konflik, korupsi, perubahan iklim, dan bencana alam. Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Menurut data BNPB, hingga November 2022, Indonesia dilanda 3.207 bencana, 95% di antaranya merupakan bencana banjir. Intensitas hujan tinggi menjadi salah satu faktor penyebab banjir di Indonesia.
Suatu konsep yang menyatakan banjir penyebabnya adalah perilaku manusia yang akan berdampak pada kita semua. Banjir tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik yang signifikan, tetapi juga memiliki dampak luas pada ekosistem dan masyarakat. Di alam, banjir dapat mengakibatkan erosi tanah, hilangnya habitat satwa liar, dan kontaminasi air yang berdampak negatif pada flora dan fauna. Selain itu, banjir sering kali membawa sampah dan limbah berbahaya, yang merusak kualitas air dan tanah. Dampak pada manusia mencakup kerugian ekonomi yang besar akibat kerusakan infrastruktur, perumahan, dan lahan pertanian. Banjir juga menyebabkan gangguan sosial seperti kehilangan tempat tinggal, gangguan kesehatan akibat penyakit yang menyebar melalui air yang tercemar, dan trauma psikologis bagi korban. Semua dampak ini menunjukkan betapa perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti deforestasi dan pengelolaan tata ruang yang buruk, memperparah risiko banjir dan memperburuk konsekuensinya bagi lingkungan dan masyarakat.
Solusi untuk mengatasi banjir akibat sampah membutuhkan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah harus meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah, seperti membangun tempat pembuangan sampah yang memadai, menyediakan fasilitas daur ulang, dan meningkatkan jumlah petugas kebersihan. Masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah dan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Sektor swasta dapat berperan dalam mendukung program pengelolaan sampah, seperti menyediakan teknologi pengolahan sampah dan membantu dalam proses daur ulang.
Oleh karena itu, untuk kita bersama-sama mencegah banjir, berbagai langkah perlu diambil baik secara struktural maupun non-struktural. Secara struktural, pembangunan tanggul, waduk, dan sistem drainase yang baik sangat penting untuk mengendalikan aliran air. Penghijauan kembali atau reboisasi di daerah-daerah hulu sungai dapat membantu menahan air hujan dan mengurangi erosi. Peningkatan kapasitas sistem drainase di perkotaan juga penting untuk mengalirkan air hujan dengan efektif. Secara non-struktural, edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi penggunaan lahan secara berlebihan, sangatlah penting. Penanaman nilai-nilai agama juga memainkan peran penting dalam upaya ini. Banyak ajaran agama yang menekankan pentingnya menjaga alam sebagai amanah dari Tuhan. Melalui pendekatan agama, masyarakat dapat diajak untuk lebih bertanggung jawab dalam mengelola lingkungan, menghargai alam, dan mengurangi perilaku yang merusak. Dengan demikian, kombinasi dari langkah-langkah teknis dan pendekatan nilai agama dapat menjadi strategi yang efektif dalam mencegah banjir dan mengurangi dampaknya.
Dosen Pembimbing : Suryani S.K.M., M.K.M
Kelompok 2
A'isa Maharani Hasibuan 0801212164
Amelia Resita Sari 0801213185
Anggun Sheillawany 0801212246
Ayunda Sintia 0801211040
Della Nurjanah 0801211067
Fauziah siti andhini 0801213446
Intan Kusumawati 0801211022
Lutfia Nurfadilah Manurung 0801212227
Mawaddah Sri Rezeki Dalimunthe 0801213137
Sri Rezky Gantina 0801211032
Siti khodizah harahap 0801212385
Syahrida Suryani Hasibuan 0801212330
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H