"Open PO barang Bangkok ya say... saya live jam 8 nanti ya.." demikian status seorang teman, yang katanya sedang berada dipusat pasar di Bangkok. Sebagai seorang pedagang online, sipenulis status tersebut memang sering plesiran ke Bangkok untuk membeli barang dagangannya. Sering pula, ia dan ratusan pedagang online lainnya, berjualan secara live dari "pasar-pasar" di Bangkok sana, mulai dari pakaian, hingga pada accesories pendukung.
Di Indonesia sendiri, barang bangkok semakin terkenal dikalangan masyarakat, selain karena kualitas bahan yang dijual lebih baik daripada produk dalam negeri, kata mereka, produk bangkok juga lebih diterima ditengah masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau.
Awalnya, saya sempat mikir, bagaimana repotnya para pedagang online itu, saat berhadapan dengan para pedagang di pusat-pusat pasar, kota Bangkok sana. Bagaimana mereka membayarnya, dan bagaimana mereka berkomunikasi, hingga proses tawar menawar bisa berjalan dengan lancar.
Satu hal yang perlu kita ketahui bersama adalah, bahwa dalam dunia jual-beli, komunikasi adalah hal terpenting untuk menciptakan "deal" yang "win-win solution".
Lalu, bagaimana mereka bertransaksi, disaat mata uang kedua negara (Indonesia dan Thailand) sangat berbeda?
Ternyata, sejak beberapa tahun belakangan Bank Indonesia sudah menjalin kerjasama dengan Bank sentral Thailand, untuk menciptakan sebuah aplikasi sistem pembayaran, yang memudahkan kedua negara untuk bertransaksi. QRIS, yang sudah terkenal di Indonesia, kini telah diaplikasikan dalam sebuah sistem pembayaran antarkedua negara.
Dengan keberadaan QRIS, teman saya tadi, dan banyak para pedagang lainnya, lebih mudah bertransaksi dengan para pedagang di Thailand sana, tanpa harus repot melakukan penukaran mata uang negara setempat.
Mau bayar, tinggal scan aja. Nominal rupiah dari kita, akan secara otomatis berubah menjadi Baht saat kita bertransaksi di Thailand sana.Â
Tapi, saat ini, QRIS hanya bisa digunakan di Thailand, dan masih akan berlaku di Malaysia, Singapura dan Filipina. Laku, bagaimana jika kita ingin bertransaksi dengan negara ASEAN lainnya?
Implementasi sistem Neural Translation pada sistem pembayaran !
Dalam pertemuan 50th Asean Banking Council (ABC) meeting, yang berlangsung pada akhir tahun 2022 silam, dan dihadiri lebih dari 200 perwakilan asosiasi perbankan negara-negara ASEAN, disepakati bersama  agar terlahir konektivitas serta integritas pembayaran bersama negara-negara ASEAN.
Hal yang sangat disambut baik oleh Bank Indonesia atas inisiatif yang lahir, karena jika integrasi benar-benar mewujud, maka konektivitas antar negara ASEAN dalam bidang perbankan akan lebih baik. Aliran transaksi keuangan akan lebih transparan, dan mudah diawasi untuk meminimalisir terjadinya aksi pencucian uang.
QRIS yang sudah digagas BI dengan Bank Central Thailand dan sedang dijajaki dengan Bank Central Malaysia, Singapuran dan Filipina, bisa menjadi batu acuan, bagaimana sebuah aplikasi, memanfaatkan era digitalisasi saat ini, bisa menjadikan sistem pembayaran uang secara elektronik lebih efektif dan efisien.
Masyarakat ASEAN yang berkunjung ke negara-negara ASEAN pun tidak perlu repot-repot pergi ke Money Changer untuk menukar uang mereka, agar bisa dipergunakan meski hanya sekedar berbelanja. Kemajuan era Digitalisasi ini harus benae-benar mampu dimanfaatkan dengan  baik.
Lalu, bisakah sistem Neural Translation (NT) yang selama ini dipakai pada aplikasi translator, di implementasikan pada sistem pembayaran 1 arah secara digital untuk semua negara ASEAN?
Microsoft, sebagai sebuah perusahaan komputer terkemuka, telah merampungkan pembuatan aplikasi penerjemah bahasa, bernama Microsoft Translator.Â
Dengan semakin pesatnya pengembangan AI (artificial intelegency), membuat segala sesuatunya semakin mudah saat ini. Jika dahulu, setiap orang yang ingin bepergian kebanyak negara, wajib tahu berbahasa Inggris, tidak perlu untuk saat ini. Hanya dengan satu klik pada aplikasi seperti Microsoft Translator, maka kemana saja, ke 60 negara yang bahasanya tersedia untuk diterjemahkan pada aplikasi tersebut, kita bisa berkomunikasi.
Ucapkan saja apa yang ingin kita tanyakan atau sampaikan disuatu negara dengan bahasa mereka, maka Microsoft Translator akan menerjemahkan langsung. "Melanggar kendala bahasa dirumah, ditempat kerja, , dimanapun anda membutuhkannya" menjadi Tag Line aplikasi traslator ini, benar-benar membuat hidup kita semakin mudah.
Dengan memanfaatkan skala dan kekuatan dari Supercomputer AI Microsoft, khususnya Microsoft Cognitive Toolkit, Microsoft translator bahkan sudah menawarkan jaringan syaraf tiruan yang diberi nama LSTM DI, yang memungkinkan kita mampu menerjemahkan banyak bahasa dalam satu aplikasi.
Sungguh sebuah temuan teknologi yang luar biasa.
Lalu, bisakah sistem Neural Translator terseut diimplementasikan pada sistem pembayaran? Sehingga, sistem pembayaran untuk negara ASEAN bisa dalam 1 aplikasi saja? Semoga saja bisa direalisasikan, perubahan status mata uang negara ASEAN bisa dilakukan dalam satu aplikasi saja.
Tinggal, bagaimana aplikasi tersebut didesain se ergonomis mungkin, sehingga mudah digunakan oleh siapa saja. Tinggal pilih mata uang yang ingin dibayarkan, scan, transaksi beres. Kemana saja di negara ASEAN ini, cukup mudah dengan 1 aplikasi saja.
Bahkan, dengan keberadaan Aplikasi ini nantinya, aliran transaksi dana lebih mudah diawasi, transparan dan akuntabel.
Mengingat semakin meningkatnya transaksi ekonomi antar negara ASEAN, baik yag dilakukan oleh antar negara (Pemerintah), dan antar masyarakat, kehadiran aplikasi yang melingkupi seluruhnya transaksi ekonomi sangat diharapkan segera kehadirannya.
Tantangan tentu saja ada, apalagi serangan cyber begitu merajalela beberapa waktu belakangan. Namun, dengan kerjasama antar negara ASEAN, bukankah perlindungan keamanan cyber akan lebih mudah dilakukan untuk menghempang doxing dan spam daripada penjahat cyber?
Yang terpenting terlebih dahulu adalah pembahasan kesamaan platform, kesepakatan nilai (karena nilai tukar uang suatu negara bersifat fluktuatif), serta hambatan jaringan, plus sosialisasi kepada setiap merchant diseluruh ASEAN.
Selebihnya, harapan kita bersama, sistem pembayaran dalam satu genggaman tersebut bisa segera terealisasi dengan baik. Sehingga nantinya, orang Indonesia yang belanja ke Bangkok, yang berobat ke Penang, orang Malaysia yang berwisata ke Sabang, tidak repot lagi soal "tetek bengek" pembayaran yang mengharuskan kita membayar pakai mata uang negara yang kita tuju.
Semoga segera mewujud !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H