Akhir-akhir ini di platform medsos LinkedIn, jaringan profesional online terbesar di dunia, banyak orang, terutama Gen Z, Â memasang badge pada profilnya berupa hastag atau tagar #desperate. Tagar ini merupakan wujud keputusasaan mereka terhadap pasar kerja yang semakin sempit dan sulit di dapat.
Badge dengan tagar #desperate ini pertama kali dibuat oleh Courtney Summer Myers pada profile picture LinkedIn yang dimilikya setelah kehilangan pekerjaan dan tidak juga memperoleh pekerjaan lagi setelah hampir setiap hari dia mengirimkan sekitar 30 lamaran dan tidak juga ada perusahaan dan rekruter yang meresponnya.
Dengan memasang tagar ini juga sekaligus diharapkan dapat menarik perhatian para perekrut, rekruter atau head hunter ketika mencari kandidat sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan perusahaannya.
Selain itu, tagar ini juga dimaksudkan akan menjadi ajang advokasi para pencari kerja kepada pemerintah dan pemangku kepentingan  tentang kondisi angkatan kerja dan lapangan kerja saat ini sehingga dapat diharapkan dapaat melakukan langkah-langkah tertentu untuk perbaikannya.
Di Indonesia sendiri menurut data BPS (Biro Pusat Statistika), pada posisi bulan Februari 2024 dari sejumlah 149,373 juta lapangan pekerjaan, baru terisi 142,179 juta orang (95,18%) yang bekerja, alias masih ada sejumlah 7,195 juta orang (4,82%) yang belum mendapat pekerjaan alias menganggur.
Lebih memprihatinkan lagi kalau dilihat dari data IMF dalam laporan World Economic Outlook April 2024, Indonesia tercatat memiliki tingkat pengangguran mencapai 5,2 persen per April 2024. Dan ini merupakan prosentase tertinggi jika dibandingkan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, yaitu Filipina, Malaysia, Vietnam, Singapura dan Thahland.
Namun pada kenyataannya, apakah benar tagar #desperate ini dapat menarik perhatian para rekruter? Atau lebih luasnya dapat menarik perhatian para pemangku kepentingan untuk dapat melakukan upaya-upaya kongkrit dalam mengurangi pengangguran?
Bisa jadi iya.
Bisa jadi juga tidak.
Tagar #desperate ini juga dapat menjadi bumerang bagi para pencari kerja itu sendiri. Karena dengan memasang badge #desperate, para rekruter akan menjadi tahu bahwa anda sedang putus asa. Dan kondisi putus asa atau tertekan, adalah salah satu kondisi jiwa yang tidak disukai oleh rekruter. Bagaimana mungkin rekruter akan menerima pegawai yang mudah menyerah dan putus asa? Yang tentu akan berpotensi menjadi toxic di lingkungan perusahaannya serta dapat menjadi virus jahat bagi lingkungan kerjanya.