IHSG, Indeks Harga Saham Gabungan beberapa hari terakhir ditutup ambles cukup dalam, dimulai beberapa hari menjelang libur bursa karena libur idul fitri hingga seminggu bursa dibuka pasca libur idul fitri.
Banyak kalangan menghubungkan jatuhnya IHSG ini tidak hanya karena The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin atau 0,5 persen tetapi juga didorong karena adanya perilaku sell on may and go away.
Banyak analis yang menilai bahwa sell on may and go away sedang terjadi di bursa Indonesia sehingga menjadikannya IHSG ambles dalam menjauh dari level 7000.
Merujuk pada Wikipedia, Sell on May and Go Away adalah suatu strategi investasi saham berdasarkan teori bahwa antara bulan Mei hingga Oktober adalah masa dimana investor menjual sahamnya karena akan ditinggal berlibur di musim panas dan mengalihkannya pada instrumen investasi lain sehingga memicu harga saham menjadi turun dan memicu IHSG secara composite juga menjadi ambles.
Namun benarkah bahwa setiap bulan Mei IHSG akan selalu ambles?
Menurut data pergerakan harga IHSG yang dianalisis oleh Rudyanto, Direktur Panin Aset Manajemen, ternyata selama tahun 2001 hingga 2021, pada bulan Mei IHSG tidak selalu ambles. Dari 20 tahun data pengamatan, 11 kali IHSG mengalami ambles di bulan Mei sedangkan 9 kali tetap mengalami kenaikan. Artinya hanya 60% kejadian amblesnya IHSG terjadi di bulan Mei.
Hal ini membuktikan bahwa tidak selalu pada bulan Mei bursa Indonesia atau IHSG akan ambles yang dipengaruhi oleh peeilaku Sell on May and Go Away.
Awalnya sell in may and go away adalah perulangan pola perdagangan saham yang dipopulerkan oleh Stock's Trader Almanac yang menemukenali bahwa selama enam bulan antara Mei hingga Oktober para investor mengalihkan dananya dari saham ke instrumen pendapatan tetap.
Dengan demikian, para investor akan keluar dari bursa dengan menjual saham yang dimilikinya, selanjutnya akan mulai membei saham kembali mulai bulan November yang memiliki kecenderungan akan naik hingga tutup tahun.
Namun demikian jika investor retail jeli dan dapat memanfaatkan situasin ini, sebenarnya masih ada peluang untuk tetap mendapatkan cuan yaitu dengan membeli saham pada emiten yang harganya turun cukup jauh namun dengan fundamental yang bagus, sehingga tetap memiliki peluang rebound di akhir tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H