Kesalahan nomor dua yaitu diragukannya penggunaan rumusan tagihann rata-rata tiga bulan terakhir untuk menghitung tagihan sekarang. Metode rata-rata ini sebenarnya  cukup fair baik bagi masyarakat maupun bagi PLN. Tetapi yang sulit dipahami oleh masayarakat adalah  mengapa tagihannya jadi naik dibanding bulan sebelumnya?
Beberapa komentar di medsos mengeluhkan yang tagihannya semula 500 ribu menjadi 800 ribuan.,Ada yang semula 400 ribuan meningkat menjadi sejutaan. Masyarakat gagal paham bagaimana cara PLN menghitungnya. Kalau menggunakan metode rata-rata, pasti hasil hitungnya adalah diantara angka tagihan tertinggi dan tagihan terendah dari tagihan tiga bulan terakhir. Bukan angka dari antah berantah.
PLN harusnya sadar. Pandemi sudah membuat semua orang susah. PLN juga susah tidak bisa mendatangi rumah pelanggan untuk mencatat stan meternya, atau ini justru menguntungkan karena jadi tidak perlu bayar honor petugas pencatat?
Kalau PLN tidak bisa melakukan tugas dan kewajbannya untuk menatat stan meter pelanggan, alangkah bijaknya juga kalau minta maaf keapda masyarakat, dan bukan malah membebani tagihan yang lebih tinggi.
Kalau PLN mau lebih arif lagi, sebenarnya cukup menggunakan metode tagihan terendah dalam tiga bulan atau bahkan enam bulan terakhir. Dengan kebijakan ini pelanggan pasti merasa puas karena tidak akan ada tagihan yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya.
Pandemi sudah bikin masyarakat susah.
Mari, jangan kita bikin mereka susah lagi.
[Bandung, 10 Juni 2020]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H