Mohon tunggu...
Susilo B. Utomo
Susilo B. Utomo Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Lepas

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kue keranjang, Suap Kuno Versi Tionghoa

2 Februari 2011   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir ini berbagai jenis kue keranjang banyak berdatangan ke rumah dari para tetangga dan kolega. Jika kue dodol berbentuk bulat ini sudah mulai saling hantar, pertanda sebentar lagi tahun baru Imlek akan menjelang. Tetapi tahukah Ki Sanak bahwa kue keranjang merupakan salah satu bentuk suap kuno versi Tionghoa? Kue keranjang atau Nien Kao atau Ni-Kwee disebut juga kue tahunan, karena memang hanya dibuat sekali dalam setahun menjelang tibanya tahun baru imlek. Di belahan Pulau Jawa bagian timur, menyebut kue ini sebagai kue keranjang karena dibuatnya menggunakan cetakan keranjang kecil. Sedangkan di belahan Pulau Jawa bagian barat sering menyebutnya dengan kue Cina, merujuk  pada asal kue tersebut. Syahdan, kemunculan kue keranjang ini memang tidak dapat dipisahkan dari saat-saat berakhirnya suatu tahun dan memasuki akan memasuki tahun yang baru. Di kalangan Tionghoa memiliki kepercayaan yang sangat kuat bahwa setiap tempat masak anglo atau tungku yang ada di setiap dapur rumah selalu dijaga oleh Dewa Tungku atas perintah Raja Surga yang bernama Huang Shang Ti. Dewa Tungku ini ditugaskan untuk mengawasi perilaku setiap keluarga Tionghoa dalam menyiapkan makanan bagi seluruh anggota keluarganya. Pada setiap akhir tahun Imlek, Dewa Tungku akan kembali ke surga untuk melaporkan tugasnya kepada Raja Surga. Agar Dewa Tungku memberikan laporan yang baik-baik saja kepada Raja Surga, maka para keluarga Tionghoa selalu berupaya agar Dewa Tungku hatinya senang. Untuk itu disiapkanlah kue keranjang yang manis-manis agar laporannya juga manis sehingga Raja Surga tidak murka. Maka selanjutnya jadilah kue keranjang sebagai bentuk gratifikasi atau suap kepada Dewa Tungku. Apakah Ki Sanak juga suka menyuap? Atau malah disuap? Jangan lupa baca juga:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun