DENGAN mengucapkan Alhamdulillah, setelah melakukan penelitian tentang sejarah bioskop di Kota Donggala, Sulawesi Tengah, akhirnya dapat terwujud sebuah karya tulis seperti yang Anda baca.
Penulisan ini tidak mudah untuk mewujudkan disebabkan beberapa faktor, di antaranya aktivitas bioskop sudah lama tutup, nyaris terlupakan dalam memori publik. Sulitnya mendapatkan dokumen terkait keberadaan bioskop, narasumber terbatas terutama yang pernah jadi pelaku usaha bioskop, dan tidak adanya minat sejarawan (akademis) melakukan kajian tentang film dan bioskop di Sulawesi Tengah, sehingga sulit mendapat rujukan penelitian ini. Kecuali secara nasional cukup banyak buku perfilman ditulis pelaku film maupun sejarawan di Jakarta. Beberapa perguruan tinggi di Jawa dan Sumatra banyak mahasiswa melakukan kajian dalam bentuk skripsi dan tesis menginspirasi penulis meneliti khusus di Kota Donggala.
     Tidak adanya minat sejarawan melakukan penelitian tentang bioskop di daerah ini, dibuktikan minimnya karya ilmiah bentuk buku, skripsi atau tesis terkait bioskop di Sulawesi Tengah. Bioskop merupakan bagian dinamika sosial budaya, ekonomi dan pendidikan masih terabaikan dalam kajian atau memang tidak dianggap penting? Padahal bioskop memiliki matarantai industri dan hiburan secara nasional cukup lama menjadi sumber perekonomian, puncaknya di Sulawesi Tengah pernah terdapat 50 unit bioskop. Dari segi historis Donggala termasuk kota yang lebih awal memiliki gedung bioskop ketimbang daerah lain di Indonesia. Pada zaman Hindia Belanda terdapat Bioskop Apollo Theater di Donggala. Ini menunjukkan satu bukti nyata bahwa Donggala pernah diperhitungkan dalam jaringan seni pertunjukan modern. Terdorong dengan secuil data tersebut, penulis menjadikan Apollo Theater sebagai langkah awal penelusuran, dilanjutkan penelitian bioskop-bioskop berikutnya.
Pengumpulan data dan informasi penelitian ini menghasilkan sebuah karya tulis diawali dengan membaca puluhan buku dan ratusan artikel atau tulisan dengan tema terkait. Data terpenting diperoleh dari dokumen arsip milik H. Muhammad Dachlan (disingkat M. Dachlan) yang disimpan oleh ahli warisnya. H.M. Dachlan, salah satu tokoh utama di kepengurusan Persatuan Gembira Theater Donggala, sebuah perkumpulan penyewaan gedung pertunjukan di Donggala sejak tahun 1950 hingga 1990-an. Berdasarkan dokumen arsip itu dapat dijadikan bahan analisis dan selanjutnya penulis mewawancarai beberapa narasumber.
Harapan penulis, semoga hasil penelitian ini menginspirasi mahasiswa, pegiat literasi, sejarawan atau pihak lain dapat melakukan kajian serupa di Kota Palu, Poso dan Luwuk yang pernah memiliki banyak gedung bioskop. Tulisan tentang bioskop dapat menambah khazanah pustaka sejarah sosial Sulawesi Tengah bagian dari sejarah nasional. Hasil penelitian ini penulis diberi judul: Sejarah Bioskop di Donggala: Apollo Theater hingga Muara 1936-1996.
Demikian pengantar dari penulis. Saya ucapkan terima kasih pada pihak yang telah memberi informasi dan dukungan. Seluruh pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu sejak penelitian hingga penulisan, diucapkan terima kasih. Semoga Allah memberi hidayah.Â
 Donggala, 2024
 Jamrin Abubakar
Penulis
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI