Mohon tunggu...
Jamilah As sanuri
Jamilah As sanuri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bismillah

Tulislah apa yang kamu pikirkan, pikirkanlah sebelum kau tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sunyi Sepi

19 Desember 2021   23:06 Diperbarui: 19 Desember 2021   23:21 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah sejak kapan, raga ini benci akan kesunyian dan kesepian. Kesunyian selalu mengingatkan jiwa ini pada bayang bayang wajah itu, wajah yang selalu mematahkan sayap mimpiku. 

Selalu membawaku kedalam kegelapan, dan sebuah ruangan yang berapi-api bagaikan neraka yang berkobar kobar. Sunyi ku membuat jiwa ini down. 

Namun memang terkadang jiwa mu perlu yang namnaya kesendirian kesunyian untuk memberikan ruang bagi jiwa agar bisa meluapkan semua emosi dan masalah yang ada dirmu. 

Entah itu masalah dimasa lalu atau pun mempersiapkan jiwamu untuk maslah dimasa depan. Namun terkadang aku juga benci denga kesepian, entah kenapa dalam kesepian itu aku selalu berdebat dengan pikiran, aku yang dalam kesepian selalu dankal dalam pemikiran. 

Aku selalu dihadapkan dengan keputus asaan yang sering kali membuat aku igin mengakhiri hidup ini. Mengahiri dengan berbagai cara yang meskipun tidak  di ridhai Allah, tapi entah kenapa ketika niatku sudah dipucuk seringkali ada bayangan ibu dalam lamunan dan pikiranku. 

Yh dia memang support sisytem terbaik. Bahkan dikala aku merasa putus asa hanya dia yang bisa mengertikan aku. Dan entah kenapa dalam lamunan itu seringkali terngiang -- ngiang dengan nama almarhum kaka yang pertama. Yh beliau yang aku rasa membuat diriku untuk kuat dan bertahan demi ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun