Alasan Pentingnya Mengajarkan Anak Tanggung Jawab Sejak Dini
      Pernahkah anda melihat orang tua yang memaklumi anak mereka ketika membuang sampah sembarangan? mereka sering membenarkan perilaku anak karena mereka masih anak-anak. "namamya juga anak kecil" seperti itulah yang  sering terdengar  ketika si anak membuang sampah tidak  pada tempatnya. Â
      Membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu bentuk peduli terhadap lingkungan, orang yang membuang sampah pada tempatnya atau yang tidak, bisa saja bersal dari kebiasaan sejak usia dini dan pola asuh asuh orang tua mereka. Jadi, bukan berarti anak yang masih kecil dapat di maklumi ketika melakukan kesalahan dan tidak diajarkan mana yang baik dan benar, karena apa yang ditanamkan ke anak sejak dini itulah yang akan menjadi buah hasil perilaku moral anak ketika dewasa.
      Moral anak berkembang sejak usia dini, perkembangan ini melibatkan peningkatan kepatuhan anak-anak dan internalisasi aturan, permintaan, dan standar perilaku orang dewasa. Perkembangan moral anak mengacu pada proses dimana anak-anak mengembangkan standar benar dan salah dalam masyarakat berdasarkan norma sosial budaya dan hukum.
Mengajarkan kemandirian dan taat peraturan
      Selain mengajarkan membuang sampah pada tempatnya dan mencintai lingkungan. Latihan moral pertama kali diterima anak melalui toilet training berpengaruh kepada perkemmbangan moral anak, anak biasanya menjalani toilet training ketika menginjak usia 1,5 atau 2 tahun. Toilet training bertujuan agar anak anak mampu mengontrol keinginan untuk buang air kecil dan buang air besar dengan benar dan teratur selain itu anak juga dapat menjadi mandiri.
      Piaget menyarankan dua jenis utama pemikiran moral, yang pertama realisme moral yang berarti anak-anak menganggap moralitas sebagai mematuhi aturan dan hukum orang lain yang tidak dapat diubah. Mereka menerima bahwa semua aturan dibuat oleh beberapa figur otoritas (miasalnya orang tua, guru,dll), dan apa bila melanggar aturan maka akan menyebabkan hukuman langsung dan berat. Selama tahap ini anak menganggap aturan sebagai suatu yang mutlak dan tidak berubah. Yang kedua relativisme moral, anak- anak menyadari bahwa tidak ada yang mutlak benar atau salah dan bahwa moralitas bergantung pada niat bukan konsekuensi.
      Orang tua berpengaruh terhadap perkembangan moral anak, terutama dalam pola asuh atau cara mendisiplinkan anak , mengapa demikian karena pola asuh merupakan interaksi orang tua dengan anak, diamana orang tua mengakibatkan anak terstimulasi dengan tujuan memberikan contoh mengenai karakter yang baik dan benar serta menjadi anak yang mandiri ,
jenis- jenis pola asuh orang tua diantaranya adalah
pola asuh otoriter
Karakterstik dari pola asuh ini kaku, tegas, merasa selalu benar dalam mengemukakakan pendapat, hukuman apabila tidak menaati aturan sesuai kemauan orang tua.Â
Pola asuh ini membenuk anak dengan karakter disiplim dan patuh akan tetapi dampaknya mengakibatkan akan tudak terbiasa membuat keputusan sendiri dan takut mengungkapkan pendapatnya,setres, berdampak pada perkembangan emosinya dan cara mengontrolnya, hubungan interpersonal yang kurang baik.
pengasuhan demokratis
 Orang tua dengan pola asuh seperti ini mampu merasionalisasikan anaknya. Anak mereka secara konsisten diberikan batasan dan konsekuensi ketika batasan dilanggar oleh anak.Â
Pola asuh ini menjadikan anak memiliki kepribadian yang seimbang, mandiri dalam mengambil keputusan, disiplin dengan komunikasi yang baik, memiliki rasa percaya diri, kreatif, dan bahagia secara psikologis.
pola asuh permisif
Orang tua ini dapat menjadi sahabat yang baik bagi anaknya karena memberikan apa yang di inginkan anak, perhatian yang hangat, dan interaksi yang baik. Orang tua dengan pola asuh ini selalu mendorong anaknya untuk melakukan apapun yang diinginkannya, jarang mengatur jadwal anaknya, mendukung perilaku anaknya walaupun negatif, dan menghindari hukuman bagi anak. Anak yang tumbuh dengan pola asuh permisif akan tumbuh kreatif karena terbiasa bebas berekspresi dengan berbagai cara. Akibatnya, anak menjadi tidak disiplin, berperilaku agresif, terutama ketika keinginannya tidak terpenuhi, dan kurang inisiatif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H