Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rakyat Harus Diberitahu

25 Mei 2022   14:48 Diperbarui: 25 Mei 2022   14:55 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah cukup lama saya mengamati beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat.

Seperti buruh yang setiap tahun meminta kenaikan gaji dengan melakukan demo secara besar-besaran di hari buruh. Pokoknya harus ada kenaikan gaji.

Sepanjang yang saya tahu selama saya bekerja disebuah perusahaan, kenaikan gaji tergantung banyak faktor, antara lain - apakah perusahaan dalam kondisi sehat , artinya mampu mencetak untung dan tidak tengah mengalami kerugian. Lalu berikutnya kenaikan gaji juga ditentukan oleh seberapa besar prestasi yang telah disumbangsihkan kepada kemajuan perusahaan. Ini bermakna kenaikan gaji tidak sama dengan bergantinya tahun kalender.

Juga marak yang terjadi di medsos, segala sesuatu yang menimpa seseorang langsung saja di posting atau dicuitkan sebagai kesalahan pemerintah atau presidennya. Contoh tidak bisa membayar uang sekolah anak karena berhenti bekerja selalu disalahkan pemerintah yang menjadi penyebabnya.

Litani yang menyalahkan orang lain atau diluar diri kita sebagai penyebabnya marak belakangan ini. Padahal sebagai orang yang bertanggung jawab, kita seharusnya memikul secara penuh apa saja yang terjadi sebagai konsekuensi dari tindakan kita.

Rakyat harus diedukasi secara terus menerus tanpa putus dan lelah oleh pemerintah. Sediakan anggaran untuk melakukan "doktrin" ini. Bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri - harus mandiri dan tidak tergantung kepada siapapun. 

Mengapa ini penting?

Bilamana orang tidak sadar bahwa dia bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, maka ia akan bertindak sembrono dalam hidupnya yang mana pada gilirannya nanti akan merusak semua yang ada disekelilingnya sebagai imbas rasa frustrasinya yang tidak mampu untuk berbuat apa-apa.

Contoh kecil mungkin bisa lebih membuat ide ini menjadi lebih konkrit.

Seorang anak yang tidak mau sekolah dan belajar dengan benar, kelak setelah lulus SMA pastilah akan sulit untuk diterima bekerja di perusahaan karena dia dianggap tidak cakap dimata penerima kerja karena nilai-nilai ijazahnya tidak memenuhi persyaratan.

Oleh karena itu, apabila ia menjadi pengangguran itu bukan karena salah pemerintah yang tidak bisa menyediakan lapangan kerja, tetapi karena ia tidak kapabel.

Konsekuensi seperti ini harus terus menerus digambarkan dan dikatakan kepada mereka agar mengerti.

Singkatnya, masa ke depan kehidupan akan lebih kompetitif. Untuk mereka yang tidak kreatif dan memiliki semangat juang yang tinggi akan mengalami kesulitan untuk bertahan digaris depan. Jika jumlah yang tidak bisa bertahan ini besar, maka situasi sosial, ekonomi dan politik bangsa ini menjadi ikut terpengaruh menjadi tidak stabil dan rawan terjadinya konflik antara yang bisa bertahan dan yang tersisih. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun