Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Biden Lebih Sangar dari Trump, Xi Jinping Ciut Nyalinya

21 April 2022   08:22 Diperbarui: 21 April 2022   08:26 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata usia tak memiliki arti apa-apa kecuali untuk menghitung hari. Usia yang sudah tua bukan berarti semuanya menjadi lemah. Sekali lagi kita disuguhkan sebuah kenyataan yang berbalik dari pengertian umum, usia lanjut ternyata tetap bersemangat.

Ketika Joe Biden terpilih sebagai Presiden Amerika, seluruh dunia pada umumnya bergembira karena mereka melihat Amerika akan berubah banyak tidak lagi seperti cowboy yang semaunya dengan tangan besi menyodorkan keinginannya kepada setiap orang. 

Kehadiran Joe Biden menggantikan Donald Trump tentu disambut paling meriah oleh Tiongkok, oleh karena semasa Donald Trump berkantor di oval office, Tiongkok babak belur dihajar terus menerus. Seolah doa-doa rakyat Tiongkok didengarkan oleh Tuhan dengan menangnya kandidat partai Demokrat.

Tetapi yang terjadi sebaliknya, Joe Biden ternyata jauh lebih keras dan sangar dibandingkan dengan Donald Trump. Buktinya sudah kita lihat sama-sama, perang dagang dengan kenaikan tarif tetap saja berlangsung dengan Tiongkok tidak mereda seperti yang diharapkan. Ketegangan di laut cina selatan tetap saja tegang dan berkali-kali membuat jantung penduduk Taiwan berdegup keras nyaris terjadi bentrok fisik terbuka.

Dan yang terakhir di Ukraina, Putin mungkin melihat bahwa Biden akan mudah ditaklukkan sehingga berani unjuk gigi di Ukraina - tetapi perhitungan tetaplah sebuah prediksi, yang terjadi justru sebaliknya, Rusia babak belur di gencet Amerika diseluruh penjuru dunia dengan sanksi ekonominya.

Tetiba Xi Jinping seperti kehilangan suara, tak lagi tampil sangar dipublik menyuarakan bahwa Taiwan adalah merupakan salah satu provinsi dari Tiongkok dan bukan sebuah negara.

Jangan pernah kita melupakan bahwa Amerika boleh saja berganti dari satu presiden ke presiden yang lain, tetapi garis politiknya tetap saja sama. Hanya cara mengimplementasikan kebijakan itu saja yang berbeda, seperti seorang pemain gitar - gitarnya tetap saja itu hanya cara memetiknya saja yang berbeda.

Ibarat manusia, menurut pepatah jawa - watak susah berubah, itulah watak Amerika. Sedangkan kita Indonesia memilih watak untuk bebas tidak terikat kepada kelompok negara tertentu, watak kita adalah politik bebas aktif. Berteman dengan siapa saja dan tidak mau menarik-narik negara lain untuk bersekutu dengan kita.

Sekali lagi, mungkin saja Biden sebagai seorang pribadi ia adalah pria yang hangat dan bersahabat untuk mereka yang kenal dengannya secara pribadi, tetapi ketika diperhadapkan sebagai seorang pengambil keputusan tertinggi eksekutif - Presiden, ia berubah menjadi serigala yang sangar untuk melindungi kawanannya. Semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun