Oleh karena itu, jika demo tadi semuanya politisi, maka Ade Armando akan aman-aman saja karena mereka sejalan.
Kedua, dari pandangan rakyat biasa. Bagi rakyat biasa yang sehari-hari kita kenal, jika sudah memiliki pandangan berbeda dan sering terlibat debat yang sengit karena berada dalam posisi berseberangan. Perbedaan itu akan tetap melekat dalam waktu yang lama.
Mereka yang berseberangan atau tak sepandangan dianggap sebagai musuh, musuh pribadi yang mendarah daging.
Dalam kasus Ade Armando tadi, Ia berada ditengah-tengah kerumunan massa yang selama ini hampir selalu berseberangan dengan dia, karena pemikiran-pemikirannya dipersepsikan oleh kelompok tadi sebagai pendukung keras pemerintahan Presiden Jokowi.
Maka, jadilah ini, seperti panci ketemu tutup. Luapan kemarahan membuncah dari orang-orang yang tak suka dengan Ade Armando dan orang yang mereka benci tepat berada dihadapan mereka. Maka habislah Ade Armando menjadi bulan-bulanan.
Dari peristiwa ini para penggiat media sosial bisa belajar, bahwa duduk bersama politisi dan rakyat biasa adalah seperti minyak dan air. Bedanya besar dan sulit untuk disatukan.
Butuh sebuah peristiwa besar untuk bisa belajar hal yang besar. Ternyata bangsa ini masih terpisah dan terbelah. Maka tugas kita semua untuk merekatkan kembali bagian-bagian yang sudah terpisah itu. Semoga.