Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang yang Hoki dan yang Tidak Hoki

23 Januari 2022   16:25 Diperbarui: 23 Januari 2022   16:30 1976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hoki sepertinya sudah menjadi bahsa Indonesia pada umumnya. Hoki identik dengan peruntungan, orang yang hoki adalah orang yang beruntung.

Dalam budaya tionghoa pada umumnya hoki sebagian besar dikaitkan dengan keberuntungan dalam bentuk kekayaan materi. 

Semakin banyak kekayaan seseorang hampir bisa dikatakan ia memiliki hoki yang besar. Begitu katanya.

Tetapi sepertinya kata hoki dan makna hoki perlu mengalami penyesuaian, toh segala sesuatu didunia ini harus berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Mungkin kondisi dan situasi saat kata dan makna hoki itu muncul memang dikaitkan dengan segala hal yang berhubungan dengan kepemilikan kekayaan materi yang banyak.

Tetapi kini seperti tidak lagi sepenuhnya benar.

Mungkin saat ini hoki harus dimaknai sebagai sebuah keadaan dimana kondisi ekonomi seseorang bisa tercukupi tanpa berkekurangan tetapi juga tidak berlebih secara berlebihan - akan tetapi ia bisa menikmati hidupnya dengan penuh rasa gembira dan dalam perasaan yang damai.

Hoki yang mana bila konsep diatas diadu dengan konsep hoki sebelumnya yang hanya menekankan pada aspek kepemilikan kekayaan materi yang besar dan banyak? - akan tetapi orang yang memiliki kekayaan tersebut sakit-sakitan dan hidupnya sangat tergantung kepada obat-obatan?.

Dengan konsep hoki yang baru, besaran dalam arti kuantitas orang yang masuk dalam kategori itu akan bertambah, walaupun masih menjadi tanda tanya berapa besar jumlahnya - karena banyak orang yang kebutuhannya tercukupi tetapi hati dan hari-harinya tidak bahagia.

Harapan membuncah, dengan berubahnya makna hoki kita bisa mengatakan kepada diri sendiri - aku orang yang hokinya besar. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun