Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perpuluhan

20 Oktober 2021   10:15 Diperbarui: 20 Oktober 2021   10:27 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
brookvilleunitedmethodist.org

Bicara soal perpuluhan bagi orang katholik umumnya bukanlah hal yang menarik atau setidak-tidaknya amat jarang dibicarakan.

Bicara soal uang seolah hal yang "tak pantas", padahal siapa sih yang tidak membutuhkan uang untuk membiayai kehidupannya, sekalipun itu biarawan atau biarawati tetap membutuhkan sejumlah uang sehari-harinya.

Bagian yang paling menarik menurut saya dari perpuluhan ini yang tertulis di kitab Maleakhi adalah perkataan Tuhan: ujilah Aku.

Saya mencoba mencari apakah ada lagi dalam injil, Tuhan mengatakan perkataan ujilah Aku. Ternyata tidak ada, itu adalah satu-satunya Tuhan mengatakan itu.

Kalimat sesudah kata ujilah Aku, Tuhan mengatakan akan membuka tingkap langit dan menghalau belalang pelahap.

Ya, kira=kira terjemahan bebasnya, Tuhan akan menurunkan banyak berkat dan menghalau semua hal yang membuat kita jadi miskin merana. Kira-kira begitu, walalupun tak tepat sekali.

Uang, di zaman ini adalah salah satu komponen penting dalam menjalani kehidupan.

Dengan perpuluhan Tuhan ingin mengatakan kepada kita, jangan melekat kepada uang.

Perlakukanlah uang itu sewajarnya saja, tak usah berlebih. Hanya sebagai alat bayar.

Jika kita memperlakukan uang sebagai alat bayar saja, maka memberikan perpuluhan kepada Tuhan dari semua penghasilan kita menjadi bukan masalah yang besar lagi.

Dan Tuhan seolah ingin mengatakan, jika tidak ada kemelekatan kita terhadap uang, maka Tuhan akan membukakan tingkap langit dan menghalau belalang pelahap dari hadapan kita.

Pastilah ada dalam masa hidup kita, mereka yang masih berusia belia ada kemungkinan belum pernah merasakannya.

Yaitu uang yang kita miliki tidak akan mungkin bisa memenuhi kebutuhan kita, tapi aneh bin ajaib, koq semuanya bisa terpenuhi. Darimana itu semua?

Jika kita diminta untuk menceritakan bagaimana bisa seperti itu?, kadang kita bingung sendiri.

Jadi itulah makna Tuhan akan membukakan tingkap langit dan menghalau belalang pelahap.

Oleh karena itu, berikan kepercayaan kita, dengan hanya menganggap uang sebagai alat bayar dan akan janji Tuhan.

Berapapun nilai perpuluhan itu, berikanlah kepada Tuhan, apalagi dimasa pandemi ini. Rumah Tuhan di dunia membutuhkannya.

Tuhan katakan ujilah Aku, semua bahkan ajaib, cukup walalu kita tahu tak mungkin cukup.

Ia menunggu kita. TanganNya sudah siap membukakan tingkap langit. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun