multilevel marketing sudah sangat terkenal, bahkan hingga kepelosok sekalipun.
Bisnis dengan sistemTak ayal yang mempopulerkannya adalah model bisnis investasi yang akhirnya bodong. Menelan banyak korban, terutama mereka yang tidak bisa mengendalikan nafsu serakahnya.
Tapi itu sisi negatipnya.
Jauh lebih banyak yang positipnya didalam bisnis ini daripada negatipnya.
Indonesia mengawali masa jaya bisnis multilevel marketing pada saat krisis moneter tahun 1998 lalu.
Pada saat itu semua bisnis mandek, situasi politik lagi tak stabil - PHK terjadi dimana-mana. Orang-orang pada bingung harus bagaimana.
Pada saat itulah ada perusahaan berasal dari Alor setar, kota kecil di Malaysia yang menjual Lingzhi - jamur yang diyakini bisa memberikan efek teraputik.Â
Mereka menjual dengan harga yang sangat murah dan menggunakan sistem pemasaran multilevel.
Karena tak adanya pilihan usaha yang tersedia terutama mereka yang korban PHK, penjualan lingzhi ini meledak dan menjadi magnet baru bisnis multilevel marketing.
Mereka banyak sekali mencetak orang-orang yang sukses dari segi income yang bahkan mencapai angka ratusan juta rupiah perbulan - jika nilainya dihitung dengan kondisi hari ini mungkin mencapai angka miliaran perbulan.
Sejak itu perkembangan bisnis dengan sistem multilevel marketing melaju dengan kencang hingga hari ini. Hampir tak ada sektor bisnis yang tak tersentuh dengan sistem ini - utamamya mereka yang bergerak disektor konsumer.
Setelah bersinar lebih dari 2 dekade, kini bisnis yang berbasis multilevel mulai terpinggirkan secara perlahan oleh hadirnya marketplace.
Orang-orang tak lagi memandang multilevel marketing sebagai pilihan utama untuk memulai bisnis seperti dulu.
Marketplace lebih mudah dan cepat untuk memulai bisnis, bahkan hanya bermodalkan foto produk saja sudah mampu melakukan penjualan.
Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang masih tetap eksis di dunia bisnis multilevel adalah mereka yang sudah ada paling tidak 5-7 tahun lalu. Untuk mereka yang baru memulai, nyaris terseok-seok perkembangannya.
Sedangkan yang eksispun sudah banyak yang mengeluh, setiap tahun pasar mereka semakin mengecil.
Hingga saat ini belum ditemukan inovasi yang cukup berhasil untuk mengembalikan bisnis dengan sistem multilevel kemasa jayanya 2 dekade lalu. Upaya yang dilakukan selalu terbentur dengqn lawannya yang tangguh - marketplace.
Mungkinkah ia akan punah? Tak ada yang tahu. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H