Mohon tunggu...
HERRY SETIAWAN
HERRY SETIAWAN Mohon Tunggu... Konsultan - Creative Coach

membantu menemukan cara-cara kreatif untuk keluar dari kebuntuan masalah

Selanjutnya

Tutup

Money

Pajak Dinaikkan, Negara Sedang Susah

1 Juli 2021   15:00 Diperbarui: 2 Juli 2021   06:12 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negara di seluruh dunia saat ini sedang ancang-ancang untuk menaikkan pajak rakyatnya.

Orang-orang yang tergolong kaya akan menanggung pajak yang lebih tinggi dari biasanya.

Ini dilakukan karena kas negara hampir seluruh negara di  planet bumi mengalami kekeringan akibat membiayai penanganan pandemi covid-19 dan stimulus yang harus dikeluarkan untuk menahan laju turunnya pertumbuhan ekonomi agar tak resesi terlalu dalam.

Kita di Indonesia, wacana ini tengah digodok oleh pemerintah bersama DPR sebagai lembaga legislatif. Dan kita tahu bahwa rencana kenaikan pajak ini menjadi heboh, dan yang lucunya adalah orang-orang yang tidak akan pernah tersentuh kenaikan pajak yang paling heboh. Sedangkan yang akan terkena kenaikan pajak masih anteng-anteng saja.  Sungguh negeri anomali.

Kalau menjelaskan kegunaan pajak dengan berbagai jargonnya, sepertinya kurang pas - sulit untuk dipahami. Tapi saya mencoba mendekatinya dengan ilustrasi yang lebih mudah dicerna dan dimengerti.

Katakanlah seorang ayah memiliki 5 orang anak. Semua anak-anaknya sudah mandiri dan masing-masing telah berkeluarga.

Ayah yang sudah berumur ini masih aktif bekerja, karena tubuhnya masih sehat dan pikirannya masih jernih. Ia juga terkenal sebagai pekerja keras sejak usia muda.

Kelima orang anaknya juga sudah mandiri semuanya, tidak lagi bergantung kepada orang tuanya. 

Memang secara ekonomi keadaanya tidak semuanya baik, anak pertama paling kaya raya - anak kedua lebih kurang kayanya, begitu seterusnya sampai yang bungsu. Yang bungsu paling miskin secara ekonomi diantara saudaranya.

Satu hari si ayah mengalami stroke, dan tidak lagi bisa bekerja. Ia hidup sendiri ditemani oleh seorang suster yang membantunya beraktifitas sehari-hari, karena memang kemampuan bergeraknya menurun sekali.

Sampai 2 tahun lamanya si orang tua tidak pernah meminta bantuan dari anak-anaknya untuk biaya pengobatan dan perawatannya. Karena selama ini si ayah menggunakan uang tabungan yang dikumpulkannya semasa ia masih mampu bekerja.

Satu hari karena uang tabungannya sudah habis, ia memanggil kelima anaknya untuk datang kerumahnya. Dalam pertemuan bapak dan anak, si ayah mengungkapkan kesulitannya saat ini - ia tak lagi mampu membiayai kehidupannya karena uang tabungannya sudah habis.

Ia berharap anak-anaknya berkenan untuk memberinya uang bulanan, yang selama ini tidak pernah ia peroleh dari anak-anaknya karena ia masih mampu bekerja sebelum mengalami stroke.

Setelah pertemuan itu, semua anaknya berembuk untuk membantu si ayah. Akhirnya disepakati bahwa kontribusi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sang ayah disesuaikan dengan kondisi ekonomi dari masing-masing anak.

Yang paling kaya memberikan kontribusi yang paling banyak atau paling besar, lalu menurun terus besarannya hingga anak bungsu yang paling tidak mampu secara ekonomi.

Ilustrasi dari orang tua yang tak lagi mampu membiayai kehidupannya sendiri diatas adalah cermin kondisi negara kita saat ini.

Jadi, mereka yang kaya secara ekonomi selayaknya memberikan kontribusi pajak yang jauh lebih besar dibandingkan yang kurang mampu untuk membiayai berjalannya pemerintahan negara. Tepat seperti ilustrasi tadi.

Oleh karenanya, yang tidak terdampak untuk berkontribusi, hendaknya tak perlu ketakutan atau sengaja ketakutan. Yang ada seharusnya mendorong rekan sebangsa dan setanah air yang berlebih untuk berkontribusi lebih besar. Dan tidak usah dipolitisir, ibu pertiwi membutuhkan pertolonganmu. Jika tak mampu menolong - jangan membuat susah. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun