Sepertinya sangat berkelindan.
Alternatif mencoba untuk "menebak" harga saham dengan melihat siapa pemimpinnya - CEO, agaknya menemukan beberapa contoh yang nyata.
Ketika Apple tengah mengalami masa sulit setelah ditinggal Steve Jobs yang dipecat oleh pemegang sahamnya. Memaksa mereka untuk meminta kembali Steve Jobs untuk naik tahta, memperbaiki keadaan yang sudah runyam. Hanya dengan bayaran USD 1 saja.
Kita semua sudah tahu hasilnya, Apple kembali berkibar. Setelah mengalami sakit yang mengganggu aktifitasnya, Steve Jobs menunjuk Tim Cook sebagai penerusnya.Â
Tentu penunjukkan ini bukan asal tunjuk saja, saya berkeyakinan bahwa Steve Jobs melihat adanya daya dalam diri Tim Cook seperti dirinya
Hari ini kita melihat Apple berkali-kali lebih besar setelah berada dibawah komando Tim Cook.
Kejadian yang sama juga terjadi dengan Bill Gates di Microsoft. Terpilihnya Satya Nadella, ternyata membawa Microsoft menjadi lebih besar lagi.
Ada ribuan contoh seperti ini, dalam skala besar, menengah maupun kecil. Kombinasi antara kemampuan dan kepribadian dari CEO atau Founder menentukan ukuran dari sebuah usaha.
Tidak mungkin seorang CEO yang suka selingkuh dan mabuk-mabukkan akan membuat usahanya menguntungkan dan semakin besar, apalagi meningkatkan harga sahamnya. Sepertinya agak sulit menemukan fakta yang mendukung sebaliknya.
Mulai sekarang sepertinya kita juga harus memelototi siapa CEO dan founder sebuah usaha, bukan hanya balance sheet dan chart saja sebagai indikator beli sebuah saham, karena agaknya hasil pelototan ini akan memberikan kita kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang yang lebih besar. Â Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H