Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cegah Penularan HIV/AIDS, Setialah Pada Pasangan Anda

1 Desember 2019   21:39 Diperbarui: 1 Desember 2019   21:40 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tanggal 1 Desember, dunia memperingatinya sebagai Hari AIDS Sedunia. Setiap tahun juga kita melakukan evaluasi terhadap penyakit ini. Sedikit informasi tentang HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

HIV memiliki tiga tahapan infeksi yang akhirnya bisa menyebabkan AIDS. Perlu diketahui, belum tentu penderita HIV terinfeksi AIDS. Seseorang bisa terjangkit HIV/AIDS umumnya bisa melalui cairan tubuh. Seperti darah, air mani, caiaran vagina hingga air susu ibu yang terinfeksi HIV.

Sosialisasi tentang pencegahan penyakit ini sesungguhnya sudah dilakukan sejak dulu, hanya saja masyarakat kita banyak yang tidak takut dengan masalah penularan penyakit ini. Siapa pun pasti tahu bahwa cara penularan HIV yang paling umum yaitu melalui hubungan seksual. Baik dari pria ke wanita, ataupun sebaliknya, termasuk sesama jenis.

Penularan HIV terjadi saat hubungan seksual melalui beberapa cara lainnya.Seperti seks melalui vagina, anak, hingga seks oral. Penularan ini bisa dicegah apabila penderita menggunakan alat pengaman (kontrasepsi). 

Menggunakan pengaman tetap tak menghilangkan risiko penularan HIV, karena kemungkinan lainnya bisa saja terjadi. Seperti penyalahgunaan alat pengaman hingga kerusakan alat pengamanan.

Cara penularan HIV lainnya yang sudah kita ketahui secara luas adalah melalui jarum suntik seperti penyalahgunaan narkoba suntik, tindik dan tato, kemudian lewat transfusi dan donor darah serta penularan HIV dari ibu ke anak ini disebut kompleks, karena virus dapat menular mulai dari hubungan seks, masa kehamilan, persalinan, atau melalui ASI.

Seperti dilansir dari Kompasiana, laporan UNAIDS 2018 terdapat 36,9 juta masyarakat berbagai negara mengidap AIDS akibat HIV, termasuk di Indonesia. Data tersebut membagi golongan penderita. 1,8 juta adalah anak-anak di bawah usia 15.

Kemudian secara gender, jumlah kaum wanita lebih banyak dengan total 18,2 juta penderita ketimbang laki-laki yang berjumlah 16,9 juta. Cukup disayangkan karena 9,9 dari 36,9 juta penderita tidak menyadari dirinya terserang HIV atau bahkan AIDS.

Untuk Indonesia sendiri jumlahnya terbilang tinggi, yakni 620 ribu dari total 5,2 juta penderita HIV/AIDS di Asia Pasifik.

Jika dikelompokkan berdasarkan latar belakangnya, penderita HIV/AIDS datang dari kalangan pekerja seks komersial (5,3 persen), homoseksual (25,8 persen), pengguna narkoba suntik (28,76 persen), transgender (24,8 persen), dan mereka yang ada di tahanan (2,6 persen).

Fantastis! Angka ini tidak lantas membuat orang jadi takut. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka penularan penyakit ini agar tidak lagi bertambah dan mengalami penurunan. Permasalahan yang kita hadapi di lapangan adalah masih banyak masyarakat yang kurang percaya dengan permasalahan penyakit ini.

Salah satu penghambatnya adalah stigma yang melekat di masyarakat mengenai penyakit ini. Orang dalam penyakit HIV/AIDS (ODHA) seringkali mendapat perlakuan diskriminatif dan selalu dipandang sebagai orang yang terkena penyakit kutukan. Padahal kita semua sudah mengetahui bagaimana penyakit ini bisa menular ke orang lain.

Kata kunci agar terhindar dari penyakit ini adalah mulailah untuk mendisiplinkan diri sendiri dengan setia pada satu pasangan saja. Penyakit ini tak mengenal usia, strata sosial dan kedudukan seseorang, kalau sudah melanggar rambu-rambu berarti harus bersiap dengan risikonya.

Setialah pada pasangan Anda, lewat tulisan ini saya ingin mengajak semua elemen untuk bijaksana dalam mengendalikan emosi, mengendalikan nafsu birahi agar tidak salah orang dalam penyalurannya. Kalau salah orang, dampak yang ditimbulkannya pun sangat beragam. 

Kalau pas lagi apes, apa mau dikata. Mungkin virusnya nggak langsung berkembang hari ini atau keesokan harinya, tapi bisa saja setelah satu tahun, dua tahun atau beberapa waktu kemudian.

Kalau masih bisa dicegah, mulailah mendisiplinkan diri agar tidak terlalu latah untuk "jajan" di luar rumah. Segala sesuatu yang dilakukan dengan cara yang tidak benar, siap-siaplah untuk menerima risikonya. Semoga dengan membaca tulisan ini kita tetap setia pada pasangan kita agar terhindar dari penyakit mematikan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun