Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pilih Mana, Anda Bekerja untuk Uang atau Uang Bekerja untuk Anda?

21 November 2019   21:38 Diperbarui: 21 November 2019   21:52 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat membaca judul tulisan ini, hal pertama yang ada dibenak Anda adalah "jangan terlalu muluk-muluk lah untuk menjadi pribadi yang memiliki passif income". Tapi jangan langsung merendah dengan kondisi yang kita hadapi sekarang, jangan terus putus asa dan berkata "mana mungkin dapat passif income kalau kerjanya hanya sebagai karyawan biasa".

Segala sesuatu bisa jadi mungkin dan yang tidak pernah kita bayangkan bisa saja jadi kenyataan. Tulisan ini hanya sekadar masukan dan mungkin bisa juga sebagai motivasi bagi kita untuk move on dari kebiasaan yang biasa-biasa saja. 

Mengutip cerita Pipo dan Embro yang sama-sama bekerja sebagai buruh tukang angkat air dari sumber mata air yang sama dan mendapatkan upah sesuai dengan volume air yang diangkat berapa kali dalam satu hari. Perbedaan antara Pipo dan Embro adalah Pipo mau menyisihkan sedikit dari penghasilannya untuk membangun pipa saluran air dari sumber mata air ke tempat penampungan. Sementara Embro, memegang prinsip berapa pun uang yang dihasilkan nikmati saja. Urusan masa depan nanti bisa dipikirkan.

Setiap hari, Pipo dan Embro bekerja dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan upah. Embro lebih banyak menghasilkan uang karena lebih banyak mengangkat air dari sumber mata air, sementara Pipo, tidak memaksakan diri untuk mengangkat air dari sumber mata air. Ia menggunakan waktu yang tersisa untuk terus membangun pipa saluran air dari sumber mata air sampai ke penampungan. Pipo membangun investasi dari hari ke hari lewat pembangunan jaringan pipa yang nantinya bisa menjadi saluran air ke penampungan.

Pada saat melakukan pembangunan pipa saluran air, banyak orang yang menganggap Pipo kurang kerjaan dan melakukan sesuatu hal yang tidak masuk akal. Lambat laun dan pasti, pipa saluran air yang dibangun Pipo sudah rampung. Bertahun-tahun Pipo menyisihkan uangnya untuk membangun saluran pipa tersebut, sementara Embro masih tetap mengandalkan kekuatan tubuhnya untuk mengangkat air dari sumber mata air.

Tak perlu harus menunggu usia senja baru kita pensiun, mungkin prinsip itu yang ada di benak Pipo. Pada saat jaringan pipa yang ia bangun sudah selesai dan siap dioperasikan, Pipo meyakinkan diri bahwa uang yang ia sisihkan selama ini tidak sia-sia. Waktu dan tenaga yang ia luangkan untuk membangun jaringan pipa juga tidak sia-sia. Begitu air yang disalurkan lewat pipa jalan ke penampungan, Pipo tidak perlu lagi harus berlelah-lelah membawa ember ke sumber air. Ia tinggal menghitung berapa keuntungan yang ia peroleh dari hasil usahanya selama ini.

Sementara Embro, masih terus mengandalkan kekuatan phisiknya untuk mengangkat air dari sumber mata air. Lalu, sampai kapan? Apakah disaat usia kita sudah senja dan kekuatan phisik sudah tak memungkinkan lagi kita tetap memaksakan diri untuk bekerja mengangkat air dari sumber mata air itu?

Cerita ini hanya sebagai ilustrasi bahwa berinvestasi dari sekarang untuk masa depan yang lebih baik. Berinvestasi sejak dini sangat penting kita lakukan jika pada saatnya nanti kita mau menikmati masa pensiun dengan tenang. Sukses untuk kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun