Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sugianto Makmur: Saya Merasa Bahagia Bisa Berbagi Lewat Hutan Bakau Kun Kun

11 Juni 2019   13:39 Diperbarui: 13 Juni 2019   23:46 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stanley Joshua Makmur, putra pertama Sugianto Makmur berkesempatan melepasliarkan buaya yang terperangkap bubu nelayan - james p pardede

Mengikat capit kepiting setelah dikeluarkan dari bubu - james p pardede
Mengikat capit kepiting setelah dikeluarkan dari bubu - james p pardede

Selain melepasliarkan burung rangkong, Stanley yang bercita-cita jadi dokter hewan ini juga berkesempatan untuk melepaskan kembali dua ekor anak buaya yang terjaring bubu (perangkap) kepiting milik nelayan yang dipasang di kawasan hutan bakau Kun Kun.

Pantauan kami saat menyusuri sungai Kun Kun dan anak sungai lain di sekitarnya, malam itu kami hanya menemukan satu ekor buaya berukuran sekitar satu setengah meter. Saat kami mendekat, buaya tersebut langsung menghempaskan tubuhnya dan menyelam ke dalam sungai. Menurut pengakuan masyarakat setempat sudah ada sekitar 4 orang korban yang meninggal dunia karena diserang buaya. Dan orang-orang yang diserang buaya adalah bukan warga asli desa Kun Kun atau desa disekitarnya.

Kebanyakan, warga yang diserang adalah pendatang yang saat diingatkan warga sekitar tidak mematuhi aturannya. Padahal, masyarakat sekitar sangat sering bertemu buaya terutama pada saat memasang bubu dan perangkap kepiting di kawasan hutan bakau dan sungai Kun Kun. Bahkan, ada seorang warga yang pernah bertemu dengan buaya besar dan menghalangi jalannya. Tapi dengan tenang, warga tersebut menunggu sang buaya berlalu dari hadapannya. Ternyata buaya tetap menghalangi jalannya.

"Yang ada dibenak saya pada waktu itu adalah, kalau memang buaya mau memangsa saya berarti saya harus siap untuk melawannya. Akan tetapi, ide lain tiba-tiba muncul dipikiran saya. Jangan-jangan buaya ini sedang menunjukkan jalan bagi saya untuk memasang bubu dan perangkap di sekitar hutan ini. Saya pun bergegas turun dan mulai memasang bubu, setelah memasang bubu air tiba-tiba pasang. Saya menunggu sampai sore saat air pasang mulai surut. Saya kembali mengangkat bubu yang sudah dipasang. Ternyata, hampir semua bubu yang saya pasang ada 2 sampai 3 ekor kepiting yang besar-besar. Saat saya mau pulang, buaya yang tadi menghalangi jalan saya sudah pergi entah kemana. Berarti buaya yang menghalangi jalan saya tadi hendak memberi tahu agar saya memasang bubu di kawasan hutan bakau itu," kata warga Desa Kun Kun yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan.

Stanley Joshua Makmur, putra pertama Sugianto Makmur berkesempatan melepasliarkan buaya yang terperangkap bubu nelayan - james p pardede
Stanley Joshua Makmur, putra pertama Sugianto Makmur berkesempatan melepasliarkan buaya yang terperangkap bubu nelayan - james p pardede

Tak ada yang mengetahui secara pasti dari mana asal buaya yang hidup bebas di kawasan sungai Kun Kun dan paluh sungai di sekitarnya. Keberadaan buaya yang hidup bebas di kawasan hutan bakau dan sungai Kun Kun akan terus berkembang. Masyarakat sekitar tetap dihimbau agar waspada dan lebih baik menghindar jika bertemu dengan buaya.

Dari pengamatan selama berada di kawasan hutan bakau Kun Kun, sangat banyak juga hutan bakau yang sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit.

Hutan bakau jika dikelola dengan baik akan memberi dampak positif bagi masyarakat disekitarnya. Beberapa jenis hewan laut banyak menghuni hutan mangrove seperti ikan, ubur-ubur, udang, kepiting, siput, monyet, aneka burung dan satwa lainnya termasuk buaya. Karena biasanya hewan laut menggunakan hutan mangrove sebagai tempat perlindungan dari predator terutama bagi hewan laut yang sedang beranjak dewasa.

Hewan laut juga memanfaatkan hutan mangrove untuk mendukung proses pemijahan dan juga menjadikan hutan mangrove sebagai nursery ground (tanah pembibitan) untuk membantu membesarkan anak-anak mereka.

"Ada banyak manfaat yang kita rasakan dari hutan mangrove. Tidak hanya bermanfaat untuk kehidupan hewan laut, tapi juga dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ekosistem pesisir. Dari sisi ekonomi, para nelayan dan pernduduk sekitar mangrove dapat memanfaatkannya sebagai kebutuhan konsumsi atau kebutuhan lainnya. Itu sebabnya, perlu ada upaya secara berkesinambungan untuk mengedukasi masyarakat agar tidak merusak hutan mangrove yang memiliki banyak fungsi," kata Sugianto Makmur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun