Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Zaman Dulu Vs Guru "Zaman Now"

23 Januari 2019   22:19 Diperbarui: 23 Januari 2019   22:44 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru yang ditiru dan digugu Foto :james pardede

Lembaga pendidikan menjadi rumah kedua untuk menempa anak-anak menjadi manusia dewasa yang bermartabat. Sayangnya, pendidikan yang dijalani selama ini belum sepenuhnya melahirkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Akibatnya, sejumlah penyelewengan dalam kehidupan berbangsa masih terjadi hingga saat ini, bahkan cenderung semakin parah. 

Sekarang tak zamannya lagi kita mencari-cari siapa yang salah, tapi mari kita membangun negeri ini dari sisi dan keberadaan kita masing-masing, apakah sebagai seorang guru, rohaniawan atau profesi apa saja yang kita anggap bisa membangun karakter dan mensejahterakan masyarakat kita. 

Berdasarkan siklus pembentukan moral, karakter dan pendidikan anak, layaknya revolusi mental memang harus dimulai dari dunia pendidikan dan guru adalah motor penggerak, sekaligus teladan dalam menanamkan nilai-nilai moral tadi. Guru tidak lagi hanya sekadar pengajar atau pendidik, tapi guru memiliki peran ganda dalam melakukan revolusi mental anak agar tidak terkontaminasi dengan sikap yang salah.

Makin gencarnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini perlu disikapi positif oleh para guru. Guru berarti menjadi panutan, guru harus membagi ilmu yang diperolehnya kepada peserta didik dengan cara yang benar dan bukan direkayasa.

Itu sebabnya, tidak mudah menjadi guru yang baik ditengah-tengah masyarakat, karena guru membutuhkan pengorbanan yang luar biasa. Oleh karena itu tidak salah gelarnya diberikan kepada guru sama dengan pahlawan yang gugur di medan perang merebut kemerdekaan, yaitu sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Guru itu sesungguhnya bukan pahlawan tanpa tanda jasa, guru itu sesungguhnya memiliki jasa yang sangat besar. 

Guru zaman sekarang sudah banyak yang menjalankan tugasnya setengah hati. Seperti yang disampaikan salah seorang guru yang sudah lulus sertifikasi, ada beban yang harus mereka pikul selain menjalankan tugas mengajar di dalam kelas. Dimana mereka harus membuat laporan tertulis, program pengajaran dan laporan lainnya. Menyikapi hal ini, sebaiknya pemerintah sudah mempersiapkan sebuah modul yang mudah diakses dan guru yang mengajar tinggal mengikuti dan mengisi modul tersebut tanpa harus membuang waktu percuma.

Adakalanya guru mengajar di dalam kelas hanya memberikan tugas kepada peserta didik, sementara sang guru sibuk dengan laporannya. Proses belajar mengajar seperti ini menjadi tidak efektif. Penanaman nilai-nilai moral tidak lagi pernah terselip dalam tatap muka di dalam kelas. Guru hanya menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksinya) saja. Karena itulah, guru tidak dihormati lagi untuk memberikan kontribusi yang sangat besar kepada pembangunan bangsa dan negara kita.

Guru yang diharapkan sebagai motor penggerak revolusi mental perlu juga melakukan perubahan dalam perilaku, cara mengajar dan selalu update informasi terbaru agar tidak tertinggal informasi terkini dalam memberikan materi ajar kepada peserta didik. Update informasi bisa dilakukan dengan rajin membaca buku dan menyerap informasi terkini lewat berbagai media massa dan elektronik.

Kita sadar sepenuhnya, bahwa saat ini, gurulah satu-satunya agen perubahan yang memiliki tugas  baik secara institusional maupun non-institusional. 

Gurulah yang setiap hari mengajarkan norma, moral, etika, pembiasaan karakter positif serta warisan budaya yang lintas generasi. Kita sangat sadar sepenuhnya, bahwa sendi-sendi yang menopang sebuah bangsa diantaranya adalah berupa karakter dan mentalitas rakyatnya, hal tersebut menjadi pondasi yang kokoh dari tata nilai bangsa tersebut. 

Keruntuhan sebuah bangsa ditandai dengan semakin lunturnya tata nilai dan karakter bangsa, walaupun secara fisik bangsa tersebut masih berdiri tegak. Karakter dan mentalitas rakyat yang kukuh dari suatu bangsa tidak terbentuk secara alami, melainkan melalui interaksi sosial yang dinamis dan serangkaian program pembangunan yang diarahkan oleh pemimpin bangsa. Dalam konteks inilah maka komitmen guru untuk melakukan perubahan yang cepat atau revolusi mental sangat penting. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun