Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kota Bagansiapiapi, Suatu Waktu Aku Pasti Datang Lagi

11 November 2018   15:25 Diperbarui: 11 November 2018   20:18 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Klenteng Tua di Bagansiapiapi/dokpri

Punya kesempatan berkunjung ke Kota Bagansiapiapi, rasa penasaran saya selama ini terjawab juga akhirnya. Sebagai ibu kota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) sesungguhnya Kota Bagansiapiapi memiliki keunikan tersendiri. Saat menginjakkan kaki di kota ini, kesan pertama saat melihat Kota ini adalah kota kecil yang terus berkembang dan melakukan berbagai perubahan.

Kota ini dihuni oleh masyarakat yang sangat beragam dan berasal dari berbagai latar belakang. Bentuk rumah di Bagansiapiapi lebih dominan berbentuk rumah panggung. Salah satu sekolah tertua di kota ini pun masih berbentuk rumah panggung, yaitu Yayasan Perguruan Wahidin yang berdiri kokoh dengan material bangunan berbahan baku kayu dan sangat kuat. Gedung sekolah yang sudah puluhan tahun ini telah melepas lulusannya ke seluruh penjuru bumi.

Bagansiapiapi seperti dituturkan salah seorang warganya akan mencapai puncak keramaian pengunjung pada saat acara ritual bakar tongkang (di bulan Juni atau bulan Juli setiap tahunnya). Pada saat acara arak-arakan kapal tongkang, penginapan dan hotel di kota ini akan penuh. Sebagian dari perantau dan wisatawan yang ingin menyaksikan jalannya acara ritual bakar tongkang akan tinggal di ruman-rumah penduduk atau penginapan yang telah dipersiapkan panitia acara.

Saat matahari pagi memperlihatkan wujudnya diufuk Timur, satu per satu pertokoan di Jalan Perdagangan, Jalan Klenteng serta jalan lainnya di Kota Bagansiapiapi mulai membuka usahanya. Mencari sarapan pagi yang halal di kota ini tidak sulit. Ada banyak pilihan makanan yang bisa disantap dari pagi sampai malam hari.

Warung kopi juga banyak ditemukan di kota ini dan hampir semuanya memiliki fasilitas jaringan internet WiFi. Tinggal pesan kopi atau teh, lalu sarapan pagi dan bisa berselancar sejenak di dunia maya untuk melihat berita terbaru atau sekadar update status di media sosial.

Klenteng Tua di Bagansiapiapi/dokpri
Klenteng Tua di Bagansiapiapi/dokpri
Sama halnya dengan malam hari, kota ini terlihat semakin hidup karena banyak penjual makanan membuka lapaknya di jalan-jalan utama Bagansiapiapi. Mulai dari makanan ringan sampai menu makan malam ada disajikan. Salah satu warung makan yang dikenal banyak kalangan di kota ini adalah Warung Kopi Asim. Warung ini buka selama 24 jam dengan menu makanan yang beragam.

Pagi hari ada menu sarapan pagi, siang hari ada menu makan siang dan malam hari ada menu makan malam 'nasi uduk' dan nasi sayur yang diminati pengunjung. Saat menikmati secangkir kopi di malam hari, banyak pengunjung yang datang tidak hanya sekadar makan tapi juga mengerjakan sesuatu di komputer jinjingnya (laptop). Warung kopi lainnya menawarkan menu yang berbeda juga.

Bagi yang ingin menikmati mie goreng kwitiau khas Bagansiapiapi bisa pilih yang halal atau yang haram. Di kota ini, penjual makanan selalu menuliskan kata Halal dan Non Halal di depan warungnya untuk lebih memudahkan wisatawan dalam memilih menu makanan yang disukai.

Kalau punya kesempatan berkeliling di Bagansiapiapi, hal pertama yang menarik perhatian adalah keberadaan klenteng yang berdekatan dan desainnya beraneka ragam.

Saat berada di klenteng tertua Bagansiapiapi, yaitu klenteng In Hok Kiong yang sudah berdiri sejak tahun 1823, ada rasa kagum saat melihat material bangunannya yang kokoh. Posisi klenteng ini berada disudut Jalan Klenteng Bagansiapiapi.

In Hok Kiong tak hanya merupakan kelenteng tertua, namun juga menjadi pusat keagamaan umat Kong Hu Cu, sekaligus pusat kebudayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi.

Klenteng ini sungguh indah, walau bangunannya tidak terlalu besar namun di dalamnya terdapat patung Dewa Ki Ong Ya, atau dewa keselamatan, dan Taisun Ong Ya, alias dewa kesejahteraan. Patung-patung ini dibawa para perantau China yang membuka perkampungan di Bagansiapiapi pada 1820.

Kota Bagansiapiapi atau Baganapi memang terbangun berkat para pendatang bermarga Ang, yang datang dari China pada akhir abad ke-19.

Mereka tertarik mendarat di kawasan ini lantaran melihat api dari kejauhan. Setelah didekati, api tersebut adalah bara api unggun yang ditinggalkan para nelayan Rokan. Versi lain kisah ini adalah kerlap-kerlip kunang-kunang, atau dalam bahasa setempat disebut "siapi-api", di sekitar kawasan yang memang belum dihuni, yang menarik perhatian marga Ang untuk mendarat disana.

Sembahyang di Klenteng/dokpri
Sembahyang di Klenteng/dokpri
Mengitari kota Bagansiapiapi serasa berada di kota seribu klenteng dan saat melakukan perjalanan mengunjungi klenteng bersejarah di Bagansiapiapi tepat di depan salah satu warung penjual makanan khas Bagansiapiapi ada klenteng Tai Ching King, tak jauh dari klenteng ini ada juga klenteng lainnya yang memiliki bangunan bertingkat.

Menurut Ketua Yayasan Tai Cing King Ang Bun Ing, di Kota Bagansiapiapi ada puluhan klenteng yang lokasinya berdekatan dan umatnya adalah kumpulan marga-marga keturunan dari marga Ang yang dulu datang dari China dan mendarat di Bagansiapiapi kemudian punya keturunan dan berkembang terus hingga sekarang.

Di kota ini ada beberapa organisasi kumpulan marga yang rutin menggelar acara-acara ritual keagamaan kemudian bersatu saat menggelar acara ritual bakar tongkang.

Saat berada di kota ini, sebuah klenteng di Jalan Perdagangan menggelar acara ulang tahun Dewa. Mereka berjalan kaki dari klenteng marga menuju halaman klenteng tertua In Hok Kiong di Jalan Klenteng Bagansiapiapi.

Di depan klenteng ini mereka menggelar acara ritual bakar uang kertas dan persembahan lainnya dengan diiringi musik dan barongsai.

Wisatawan yang datang ke kota ini biasanya lebih memilih datang pada saat ada acara ritual bakar tongkang, tingkat hunian hotel dan wisma akan meningkat pada bulan Juni atau Juli saat digelarnya acara ritual bakar tongkang.

Sementara di hari-hari lainnya, perantau atau wisatawan yang datang ke kota ini pasti memiliki tujuan khususn sembari melihat keunikan kota Bagansiapiapi yang setiap tahun mengalami perubahan.

Bagansiapiapi hari ini semakin berkembang, beberapa bangunan bertingkat sudah berdiri megah, antara lain ada IP Plaza tempat dilaksanakannya hiburan bagi warga Bagansiapiapi saat berlangsungnya upacara ritual bakar tongkang.

Di kota ini juga sudah berdiri hotel bintang yang menyediakan ratusan kamar. Keunikan yang paling menonjol di kota ini adalah seluruh warganya saling menghargai dan saling menghormati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun