Mohon tunggu...
James Potter
James Potter Mohon Tunggu... Penulis - Melihat manusia sebagai manusia

Lahir di Tapanuli, masa-masa sekolah di Duri Riau. Hoby senang menulis. jamespakpahan.blogspot.com\r\n dan jamespakpahan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Pecintaku

14 April 2016   11:03 Diperbarui: 14 April 2016   11:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam malam hening letih terbaring aku 

, tulang-tulangku rapuh sebab telah aku jalani hari yang berat dengan keluh-kesah dan sumpah-serapah begitu merahnya bara dosaku

 

Dalam bening teringat akan di-Kau, Oh ampuni aku hai Sang Pecintaku

Basuh aku dengan darah kudus, supaya aku lebih putih dari saljuMaka aku akan bersyukur lagi dengan hati nan tulus Oh.Bungkus aku dengan kuasa darah suciSupaya aku luput dari panah-panah api si iblisDan utus kiranya malaikat-Mu berjaga dirumahku ini tuk meluputkan orang-orang terkasihku dari tangan-tangan setan durjana Tutupi aku dengan kuasa Maha MuliaHalau kembali pulang segala mantra santet yang dirapalkan atas jiwaku kepada petenung telah yang mengirimnyaDalam bening malam aku kembali padaMuMeski telah tertulis segala apa yang telah kulakukan

 

Kupohonkan tetap biarkan namaku tertulis dalam Kitab kehidupanKarna jiwaku hanya milik-Mu Aku teringat akan perjanjian darah suci: Dia telah beli jiwaku dengan darah-NyaDi hadapan sang Pecintaku, 

 

dalam malam bening, Aku selalu siap untuk mati karena kepastian janji esok,Aku berani lagi untuk hidupselalu dengan rasa syukur yang tulus dan kudus Dalam hening malam yang bening dihadapan Sang Pecintaku tersungkur jiwaku.

 

 Cibinong, 4 April 2016 James Pakpahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun