Koperasi mahasiswa (KOPMA) atau Koperasi Kesejahteraan Mahasiwa (KOKESMA) umumnya menjalankan usaha konvensional toko koperasi, jual alat tulis,fotokopi, warung makan dsb sebagai koperasi konsumen. Karena seringnya berganti Pengurus  keberlanjutan (sustainability)  KOPMA  umumnya tidak tercapai. Jarang terdengar ada KOPMA yang berusia panjang dan memiliki aset ratusan Milyar.
 Wajar karena KOPMA masih dianggap sebagai sebuah inkubator , bagian dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiwa) atau belum menjadi usaha real), di mana mengurus koperasi menjadi profesi atau lapangan kerja, seperti halnya dalam  sebuah industri.
APAKAH TEKNOLOGI MAMPU MEMBESARKAN KOPMA?
Dalam IG (Instagram) sebuah KOKESMA yang sedang melakukan open recruitment Pengurus KOPMA disebutkan  BENEFIT menjadi anggota :
- Meningkatkan kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship)
- Menambah teman lintas jurusan dan relasi alumni
- Mengurus badan usaha toko secara langsung
- Menambah pemasukan dari SHU
- Main-main dan makan makan
Sesederhana itu, karena memang KOPMA masih sebagai tempat belajar (inkubator).
Sesuai namanya KOPMA atau KOKESMA (Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa) tentu benefit utamanya dan sesuai dengan tujuan pendirian koperasi adalah memberikan kesejahteraan kepada anggota (mahasiswa). Apakah hal tsb sudah tercapai?
Itu tentu pengelolaan koperasi secara konvensional yang belum mengenal digital, walaupun open recruitment diumumkan melalui media sosial Instagram (IG).  Tentu akan menarik  jika anggota koperasi mahasiswa, yang notabene adalah digital native, yang hidupnya tidak pernah lepas dari smartphone jika mengelola dan memiliki koperasi berbasis digital.
Jangan -jangan Pengurus KOPMA belum melihat peluang penggunaan teknologi digital, seperti perbankan dan e-commerce dalam operasional koperasi . Berbeda dengan koperasi konvensional  seperti koperasi karyawan/pegawai  yang anggotanya orang-orang tua (yang mengaku gagap teknologi) perlu kesabaran untuk menyadarkan pentingnya pemanfaatan teknologi pada Koperasi
LEBIH MUDAH MENDIGITALISASI KOPMA/KOKESMA.
Yang perlu dipahami, bahwa Koperasi Mahasiswa (KOPMA) adalah badan hukum berbasis anggota (mahasiswa), di mana dengan usaha/bisnis  koperasi Anggota bisa saling bantu (gotong royong) katakan untuk pinjaman biaya pendidikan, jual beli online (e-commerce) , tidak hanya sekedar mengelola toko. Tentu akan lebih menarik jika KOPMA dioperasikan secara hybrid : offline dan online. KOPMA yang memilili platform super apps !
Berita buruknya, konon mahasiswa atau anak muda (Milenial, Gen-Z) yang hidupnya bergelimang gadget sepanjang hari, lebih kenal Pinjol dan e-commerce daripada Koperasi. Bahkan banyak mahasiswa yang terjerat pinjaman online (pinjol).Wajar saja, karena mahasiswa adalah digital native yang adaptif terhadap teknologi informasi, khususnya dan pinjol dan e-commerce berseliweran di gadgetnya. Sayangnya, KOPMA/KOKESMA masih banyak beroperasi secara konvensional (offline) sedangkan Pinjol digital. Beda tipis, tapi tragis.
Andai aplikasi koperasi online (digital) KOPMA,  yang notabene badan usaha  milik sendiri, berseliweran setiap saat di gadget, apakah mahasiswa anggota KOPMA tertarik melakukan transaksi secara digital?  Saya yakin jawabnya : tertarik.
Yang perlu terus dikampanyekan kepada Gen-Z sang digital native adalah 7 prinsip koperasi,  bahwa mereka adalah pemilik  sekaligus pelanggan Koperasi. Dengan kata lain  Anggota berpeluang membesarkan koperasi digital sendiri demi menghasilkan manfaat finansial yang lebih besar daripada hanya sebagai Nasabah atau Konsumen di platform lain. Belanja di warung (aplikasi) sendiri lebih menguntungkan  daripada di warung orang lain.
SELAMAT TINGGAL KOPMA KONVENSIONAL !
Digitalisasi KOPMA adalah sebuah inovasi. Sumberdaya manusia , softskill dan teknologi tersedia berlimpah di kampus. KOPMA bisa membangun platform/aplikasi koperasi sendiri dengan requirement dari koperasi, anggota/mahasiswa dari jurusan informatika atau jurusan lainnya dengan mudah. Dengan pemahaman yang benar tentang perkoperasian (melalui pendidikan/pelatihan koperasi) Koperasi maka move 0n dari konvensional ke digital tidak terlalu sulit.
Andai tidak memiliki waktu membangun platform sendiri, saat ini cukup banyak perusahaan penyedia aplikasi koperasi (Cooperative Technology Provider)Â yang dapat siajak berkolaborasi.
ANGGOTA KOPMA DIGITAL Â DARI ALUMNI
Keunggulan KOPMA berbasis digital adalah tata kelola modern, transparansi dan akuntabilitasnya akan jauh lebih baik. Bermodalkan semangat esprit de corps (semangat setia kawan) , tentu alumni dengan menjadi anggota luarbiasa KOPMA akan merasa tetap terhubung (connected) dengan almamater melalui KOPMA.Â
Digitalisasi membangun trust (kepercayaan) bahwa koperasi dikelola dengan transparan. Dalam Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (ART) KOPMA, Alumni tentu dapat menjadi Anggota luar biasa yang diharapkan kontribusinya untuk membesarkan KOPMA digital dalam jangka panjang. Minimal menyimpan dana untuk pengembangan usaha KOPMA. Bayangkan besarnya anggota KOPMA digital jika Alumni turut menjadi anggota !
Alumni-alumni yang telah sukses baik dari kedudukan dan secara finansial dan tidak pelit, biasanya selalu ingat alamater melalui berbagai kegiatan charity. Namanya kadang terpampang di kampus untuk memotivasi mahasiswa dan alumni lainnya. Terkadang secara institusi dan pribadi memberikan bea siswa kepada mahasiswa berprestasi maupun yang kesulitan ekonomi.Â
Dan hal ini dapat dilakukan melalui badan hukum dan badan usaha bernama koperasi, karena KOPMA bukan charity, tapi sebuah usaha atau bisnis untuk kesejahteraan bersama. Apakah sebagai Alumni Anda tertarik menjadi Anggota KOPMA?
Anda mahasiswa atau Alumni ? Selamat membangun KOPMA DIGITAL.
BdgAntapani, 0604.2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H