Bukan lagi petani yang diposisikan meminjam uang ke koperasi. Ini koperasi sektor ril, koperasi produsen, konsumen atau pemasaran yang dimiliki oleh Petani.
Nanti kita bicara smart farming, sekarang karena bentuknya koperasi, mari kita bicara tata kelola atau manajemen keanggotaan saja dulu.
Langkah berikutnya, gunakan teknologi informasi (digital) agar koperasi makin transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.Â
Anggarkan biaya digitalisasi se-efisien mungkin (digitalisasi bukan proyek teknologi yang mahal, sudah sangat murah sekarang), seperti langganan listrik, internet atau belanja ATK (Alat Tulis Kantor). Jadi bukan baya investasi, cukup biaya eksploitasi (operasional).
Banyak platform koperasi yang sudah teruji bisa digunakan (dengan kerjasama atau berlangganan dan aman) dengan biaya yang efisien bahkan bisa menambah pendapatan baru (dari keaktifan anggota).Â
Jika ingin mengembangkan sendiri, juga dimungkinkan  dengan  konsekuensi kesiapan waktu,  biaya SDM dan operasional yang tentu lebih besar. Tinggal memilih dengan bijak.
Apa mungkin? Sangat mungkin. Petani sekarang sudah maju, punya smartphone, bisa WA, FB, tiktok atau belanja online (e-commerce).Â
Tinggal Pengurus mengarahkan, berikan pendidikan perkoperasi yang mudah dipahami. Petani akan menjadi pemilik koperasi digital sekaligus menjadi pelanggan (konsumen).
Koperasi Petani pasti maju!
BAHAN EKSEKUSI UNTUK IMPLEMENTASI
- 1. Cek nama koperasi di nik.depkop.goid
- 2. Cek kapan RAT terakhir
- 3. Anggarkan biaya digitalisasi sebagai biaya operasional (ekspoloitasi)
- 4. Pilih mitra penyedia platform koperasi yang teruji
Selamat berkoperasi!