Bukan minta bantuan dana atau anggaran, tetapi mendorong mahasiswa berkoperasi untuk membangkitkan jiwa gotong royong, kekeluargaan dan kewirausahaan (enterpreneurship). Bukan minta ikan, tapi kasih kail...
MERDEKA !
Dalam tulisan POLTAK DAN KOPMA sebelumnya dikisahkan tentang Poltak mahasiswa dari daerah,  semester akhir, calon Sarjana, usia 23 tahun  yang menunggak uang kuliah dan diselamatkan oleh Koperasi Mahasiwa (KOPMA). Meskipun memiliki unit simpan pinjam, KOPMA di kampus Poltak sebetulnya terbilang out of date. Model bisnisnya cenderung konvensional mengelola seperti kantin, toko, foto kopi dan kebutuhan mahasiswa lainnya. Terpikir oleh Poltak andai KOPMA sudah digital seperti m-Banking tentu dia tak perlu naik angkot berjalan kaki menuju kantor KOPMA. Dengan m-Koperasi di smartphonenya bisa bertransaksi dari mana saja dan kapan saja 24 jam sehari 7 hari seminggu.
Poltak adalah generasi milenial (Gen Y /usia 25-40 tahun). Komposisi  Gen X saat ini  25,85%  (69,9 juta ) dari total 270, 2 juta jiwa penduduk  Indonesia (sensus 2020). Demikian halnya Gen Z (usia 0-24 tahun) yang saat ini berjumlah 75,5 juta.  Jadi kelompok anak muda ini totalnya 145,5 juta jiwa. Kelompok yang lahir dan hidup di era  digital (digital native). Meskipun semakin banyak yang produktif (mempunya penghasilan tambahan) namun tidak kurang yang konsumtif (tergantung orang tua)
Generasi Z  sebagian masih berstatus pelajar dan mahasiswa atau baru lulus dan menjajaki dunia kerja atau  mencoba merintis usaha.  Mereka belum banyak yang belum mengenal Koperasi, apalagi di kampusnya belum berdiri KOPMA.
KOPMA MERDEKA DENGAN DIGITALISASI
Kampus jaman now, terkenal dengan jargon KAMPUS MERDEKA : yaitu kebijakan  Mendikbud yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Nah, mahasiswa sangatlah relevan menjadi anggota KOPMA berpraktek sebagai enterpreneur persiapan memasuki dunia kerja. Kampus Merdeka lahir di era di gital (era Menteri Milenial Nadiem Makarim) , maka Koperasi yang lahir di era kolonial, bertransformasi  menjadi KOPMA berbasis digital. Meskipun teknologi digital hanyalah  sebuah alat yang mendorong peningkatan pelayanan, efisiensi dan transparansi, namun karena alat tersebut sudah tersedia, maka wajar jika KOPMA menerapkannya.
Sederhananya, koperasi merdeka adalah koperasi yang lepas dari belenggu stigma tradisional, kolot, jadul, banyak fraud,  tergantung pemerintah dan tidak mau berubah. Memasuki era koperasi digital, semuanya akan semakin transparan dan akuntabel. Koperasi tidak hanya bergerak dalam simpan pinjam, namun sebagai sebuah organisasi close loop, koperasi dapat bergerak dalam berbagai  jenis usaha perdagangan untuk UMKM, pertanian, perikanan, peternakan, industri kreatif dsb.
MASALAH EKONOMI MAHASISWA
Banyak masalah anak muda semasa kuliah, baik yang disebabkan diri sendiri maupun karena lemahnya dukungan keluarga. Namun jika semangat belajarnya tinggi tentu segala halangan akan dihadapi, termasuk persoalan biaya kuliah. Dan tidak semua mahasiswa dapat diberikan beasiswa dengan persyaratan tinggi. Â Yang perlu diatasi ketika
- Menunggak uang kuliah
- Dispensasi berulangkali
- Kebutuhan perkuliahan meningkat
- Kuliah bayar sendiri
- Belum memiliki penghasilan tambahan
- Unbankable
Pak Rektor, jika Kampus Anda punya 5.000 mahasiswa, maka dengan Simpanan Pokok Rp 50.000 terkumpul uang 5.000 x Rp 50.000 = Rp 250.000.000 (dua ratus  lima puluh juta), lalu simpanan wajib Rp 10.000 ( 3 gelas kopi sachet) per bulan terkumpul 5.000 x Rp 10.000 = Rp 50.000.000.Â
Jadi ketika Koperasi berdiri sudah tersedia modal Rp 300 juta, bos ! Berapa banyak mahasiswa yang terbantu? Bisa disalurkan sebagai pinjaman lunak koperasi kepada mahasiswa yang sedang terkendala eknominya, terutama untuk uang kuliah.
SIAPA YANG MEMBANGUN APLIKASI KOPMA DIGITAL?
Untuk mengembangkan atau membangun aplikasi KOPMA digital tentu saja bisa dilakukan atau melibatkan  oleh mahasiswa, apalagi jika terdapat jurusan Informatika. Jika tidak cukup waktu dan tenaga, banyak tersedia aplikasi yang siap pakai dengan biaya sewa, sesuai dengan penggunaanya saja. Bahkan dapat bergabung (kolaborasi)  dengan ekosistem digital koperasi yang sudah lebih dulu menerapkan  digitalisasi. Tidak perlu investasi perangkat server, komputer dsb seperti jaman dulu. Optimalkan saja yang ada.
Kampus mungkin tidak mendirikan KOPMA, tetapi  penting peran Rektor dan dosen-dosen mendorong agar KOPMA dibentuk dan dioperasikan secara digital untuk tujuan kesejahteran mahasiswa dan anggota lainnya.
Pak Rektor tentu  memiliki digital mindset lebih baik. Dengan memahami situasi ini, apakah Bapak  akan mendorong agar menerapkan teknologi digital di KOPMA? Â
SIAPA YANG MENJADI ANGGOTA KOPMA DIGITAL?
Optimisme KOPMA digital adalah Gen X dan Gen Z yang hidupnya tak pernah lepas dari smartphone, memiliki media sosial dan akses internet dari mana saja termasuk tersedianya wi-fi gratis di mana mana. Dengan KOPMA digital (m-koperasi ) di mana mahasiswa adalah Owner (anggota) maka lebih mudah dalam akuisisi. Belum lagi dukungan resmi dari kampus, maka KOPMA digital dapat lebih cepat terwujud., daripada koperasi yang anggotanya orang tua semua.
Jika  KOPMA digital ini didorong oleh pak Rektor, saya yakin dukungan akan datang dari segala arah. Jadi Anggota Kopma terdiri 4 kelompok dengan contoh Simpanan Pokok dan Wajib, misalnya :
- Mahasiswa (Simpanan Pokok Rp  50.000, Wajib Rp 10.000/bulan)
- Karyawan  (Simpanan Pokok Rp  50.000, Wajib Rp 20.000/bulan)
- Dosen      (Simpanan Pokok Rp 100.000, Wajib Rp 30.000/bulan
- Alumni     (Simpanan Pokok Rp 100.000, Wajib Rp 50.000/bulan)
Tampaknya Koperasi seperti crowd funding berlisensi koperasi. Hitungan sederhana atau hitung dengan aplikasi koperasi digital, jumlah modal awal Kopma digital bisa mencapai Milyaran setahun. Berapa orang mahasiswa yang akan tertolong? Menolong mahasiswa juga otomatis membantu likuiditas Kampus kan?
Mengapa penting melibatkan para Alumni? Â Karena dengan rasa kekeluargaan dan kemampuan ekonomi yang sudah lebih baik, dengan digitalisasi Alumni bisa memantau secara transparan jalannya koperasi.
Pelajaran yang akan dipetik mahasiswa ketika menjadi anggota KOPMA digital  :
- Makin mengenal koperasi sebagai "dewa penolong" disaat sulit
- Belajar menjadi entrepreneur dari usaha-usaha Kopma
- Belajar menyimpan sebagai investasi sejak muda
- Belajar menyelesaikan pinjaman
- Belajar mengelola keuangan sejak muda
- Belajar bergotong royong dengan semangat kekeluargaan
- Belajar  manfaat digitalisasi koperasi
Begitulah pak Rektor. Bapak yang lahir  dari generasi  Baby Boomer (usia 58-75) menjadi sangat besar perannya dalam pembelajaran dan praktek-praktek memupuk rasa kekeluargaan dan gotong royong melalui KOPMA.  Termasuk mengkader Gen X dan Gen Z mengenal kerennya koperasi.
Dan bukan RAHASIA...kelak, KOPMA digital ini menjadi legacy (warisan)pak Rektor yang akan dikenang oleh mahasiswa seperti Poltak Pansarian, mahasiswa dari daerah yang punya semangat tinggi untuk menjadi sarjana, namun memiliki keterbatasan secara ekonomi.Â
Salam hormat untuk pak Rektor, juga dosen-dosen dan mahasiwa yang bergiat dalam KOPMA.
MERDEKA !
JktTanahKusir, 120822.1103
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H