Mohon tunggu...
James Martua Purba
James Martua Purba Mohon Tunggu... Konsultan - Digital Cooperative and Financial Enthusiast

Antusias membantu koperasi melakukan inovasi, revitalisasi, modernisasi, digitalisasi. Indonesia dengan gotong royong, kebersamaan dan kekeluargaan semua akan baik-baik saja. *Love GOD, Indonesia and Family* purbajamesnow@gmail.com, https://wa.me/6281321018197

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Poltak dan Koperasi Mahasiswa (KOPMA)

31 Juli 2022   17:40 Diperbarui: 28 September 2022   02:40 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: sumber detik.com

Tahun 2021 , jumlah koperasi mahasiswa (KOPMA) sebanyak 247 unit dan  hanya 73 KOPMA atau 29,5% yang terbilang aktif (Kemenkop UKM, 2021). Data BPS (2022), jumlah pelajar SMA di Indonesia saat ini adalah 5.095.343 siswa, sedangkan jumlah mahasiswa :  7.665.516 orang

Peluang pasar luar biasa besar untuk Koperasi Digital !

POLTAK PANSARIAN, anak Siantar, mahasiswa semester  akhir salah satu universitas swasta di Bandung sedang pusing 7 keliling. Benar-benar sejak pagi dia keliling kampus berjalan tanpa arah mencari jalan keluar mengatasi tunggakan kekurangan uang kuliah sebesar Rp 1.000.000. Namanya masih muncul di papan pengumuman Biro Administrasi, dalam daftar ratusan mahasiswa penunggak uang kuliah. Sial nai, katanya dalam hati. 

Jika tidak dibayar dalam 3 hari ke depan, dia tidak bisa masuk ke portal akademis untuk  kuliah online dan tentu saja harus cuti sementara lagi. Jualan online yang dulu  bisa menghasilkan uang menutupi biaya kos, bulan ini tidak sesuai harapan. Transaksi menurun tajam. 

Pinjam ke teman, sudah tak terhitung berapa kali walaupun lunas dengan mencicil. Pinjam ke Bank, pernah coba dan tidak  disetujui karena dianggap belum berpenghasilan alias terbilang unbankable. 

Pinjam ke Namboru tetangga kos pernah sekali,  berakhir sedih karena setiap hari ditagih dengan menggedor pintu kamar kos. Mau telpon ortu ke Siantar, tak sampai hati pulak karena sudah tahu jawabannya, mengingat adiknya juga sedang kuliah di Medan.

Bah, apa jalan keluarnya ini?

Tiba-tiba Poltak ingat kalau 3 bulan lalu dia mendaftar  jadi anggota Koperasi Mahasiswa. Seperti teringat mantan pacar (sekarang tidak kuat pacaran karena tak punya modal) tiba-tiba Poltak bangkit berdiri dan dengan semangat dia berjalan menuju kantor KOPMA dekat kantin dan fotokopi. 

Dia ingat dalam Anggaran Rumah Tangga Kopma (ART) KOPMA bahwa jika sudah 3 bulan menyimpan (Simpanan okok dan simpanan wajib) Anggota sudah boleh meminjam. Padahal Simpanan Pokok cuma Rp 50.000 (sekali) dan Simpanan Wajib Rp 10.000/bulan. Berarti uangnya ada Rp 80.000. Benar saja, Ketua Koperasi yang katanya  Alumni juga,  menyetujui pinjamannya sebesar Rp 1.000.000. Lumayanlah. 

Entah bagaimana menghitungnya, mungkin koperasi sedang bagus cashflow-nya dan tahu bahwa pinjaman murni benar-benar untuk bayar kuliah, yang jelas Poltak lega bisa melanjutkan hidup dan kuliah. Lumayan kali, bah!

Sempat juga dia berpikir,andai KOPMA sudah digital seperti m-Banking tentu dia tak perlu naik angkot berjalan kaki menuju kantor KOPMA. Cukup dari warteg (wartegnya ada wi-fi pulak) tempatnya biasa ngopi dan jualan online, dapat melakukan transaksi melalui m-Koperasi.

Universitas tempat Poltak kuliah punya 5.000 mahasiswa, maka dengan Simpanan Pokok Rp 50.000 terkumpul uang 5.000 x Rp 50.000 = Rp 250.000.000 (dua ratus  lima puluh juta), lalu simpanan wajib Rp 10.000 (setengah bungkus rokok atau 3 gelas kopi sachet) per bulan terkumpul 5.000 x Rp 10.000 = Rp 50.000.000. 

Jadi ketika Koperasi berdiri sudah tersedia modal Rp 300 juta, cuy ! Berapa banyak mahasiswa yang terbantu? Bisa disalurkan sebagai pinjaman kepada mahasiswa yang sedang terkendala ekonominya, terutama untuk uang kuliah. Kalau pak Rektor tahu situasi ini, apakah beliau akan mendorong agar KOPMA menerapakan teknologi digital ? Atau Pengurus KOPMA sudah punya rencana digitalisasi?

Sejak itu, Poltak bertekad mempelajari filosofi, regulasi,  operasional koperasi dan bagaimana teknologi informasi diterapkan pada koperasi.

Poltak  bertekad, kenapa ada 2 Bank Swasta dan BUMN berdiri di Kampus sedangkan Koperasi  yang sama sama mengelola uang (bahkan barang)  hanya nyempil di pojok dekat kantin? Harusnya kantor KOPMA berdebelahan dengan Bank. Mengapa ada m-Banking, sedang m-Koperasi kurang dikenal? Padahal keduanya hidup di era digital? What happen, aya naon cuy ?

LITERASI KOPERASI RENDAH, LITERASI DIGITAL TINGGI

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki pernah menyatakan bahwa koperasi sangat kurang dimintai oleh anak muda. Sampai-sampai pak Menteri menggandeng Kemendikbud Ristek untuk memperkenalkan koperasi kepada anak muda,  secara digital melalui pilot project.

Tahun 2021 Jumlah koperasi mahasiswa (KOPMA) sebanyak 247 unit dan  hanya 73 KOPMA atau 29,5% yang terbilang aktif (Kemenkop UKM, 2021). Data BPS (2022), jumlah pelajar SMA di Indonesia saat ini adalah 5.095.343 siswa, sedangkan jumlah mahasiswa :  7.665.516 orang.  

Bayangkan seandainya 7 juta mahasiswa kenal filosofi kekeluargaan dan bergotong royong pada koperasi yang diperkenalkan bung Hatta (Bapak Koperasi), berapa Trilyun dana koperasi bisa dimanfaatkan? Dan tentu kesejahteraan meningkat dan  makin banyak menolong masiswa seperti Poltak.

Meskipun memiliki unit simpan pinjam, Koperasi di kampus Poltak sebetulnya terbilang out of date. Model bisnisnya cenderung konvensional mengelola seperti kantin, toko, foto kopi dan kebutuhan mahasiswa lainnya. Padahal sudah banyak model koperasi canggih dan regulatif seperti Koperasi Multi Pihak, Startup Coop ?

Masalah lainnya, pengurus KOPMA sering berganti, apakah karena sudah lulus kuliah dan dapat pekerjaan baru. Apa tidak keren kerja di KOPMA? Padahal jika model bisnis koperasi mau berubah mengikuti kemajuan,termasuk pengorganisasiannya,  juga melakukan digitalisasi maka dipastikan koperasi akan tumbuh pesat dan berkelanjutan (sustain) . 

Anggota koperasi tentu bukan hanya mahasiswa dan dosen, namun juga bisa mengundang alumni sebagai anggota biasa maupun luar biasa. Alumni yang sukses dapat menggandeng KOPMA sebagai mitra usaha, atau menjadi anggota dengan menyimpan sejumlah modal usaha koperasi, bahkan Koperasi dapat memberikan beasiswa kepada mahasiswa berprestasi.

FILOSOFI KOPERASI dan TEKNOLOGI

Pengelola Perguruan Tinggi atau Universitas perlu terus mendorong agar  keilmuan yang diperoleh di kampus dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, mebangun jiwa enterpreneur, membuka lapangan kerja,  melalui koperasi.

Dalam pandangan penulis, langkah paling fundamental adalah memperkenalkan kembali filosofi, regulasi dan operasional koperasi (literasi koperasi) kepada mahasiswa. 

Akan lebih mudah membangun koperasi di mana literasi digital dan  mindset digital mahasiswa (milenial)  jauh lebih baik dari generasi sebelumnya. KOPMA juga dapat mendorong literasi keuangan mahasiswa yang rata-rata unbankable dan tentu saja meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia

Jadi,  membesarkan KOPMA bukan semata tentang teknologi digital namun lebih kepada dorongan pihak kampus (Rektor) dan Pengurus atau manajemen KOPMA yang memahami dan mengimplementasikan  filosofi dan regulasi koperasi.

Pengelola Perguruan Tinggi atau Universitas hanya perlu mendorong agar  keilmuan yang diperoleh di kampus dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, membuka lapangan kerja,  melalui koperasi.

#AyoBerkoperasi

#CekKOPMA

BadgAntapani 310722

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun