Mohon tunggu...
James Natbais
James Natbais Mohon Tunggu... -

Penyuka fotografi jalanan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara Membaca Buku atau Browsing Internet

29 Juni 2017   23:31 Diperbarui: 30 Juni 2017   15:23 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kalimat diatas terutama ditujukan bagi para pelajar, mahasiswa, serta kaum yang masih ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya entah untuk masa depan ataupun hanya sekedar ingin tahu. Oleh  karena itu, jelas hal ini tak terlepas dari peran buku serta referensi lain seperti layanan internet sebagai sumber belajar.

Namun di era serba digital ini, peran buku kian menurun dari tahun ketahun. Pengunjung toko buku dan perpustakaan mengalami penurunan  akibat semakin canggihnya telepon pintar (smartphone) yang mudah diperoleh masyarakat segala kalangan. Lebih tepatnya internet telah menggeser posisi buku sebagai sumber belajar dan informasi. Alasannya logis,  masyarakat bisa dengan mudah memperoleh sumber belajar maupun bacaan menarik yang sesuai keperluan tanpa harus pergi jauh-jauh ke perpustakaan atau berlama-lama membaca buku yang tebal.

Internet jendela dunia?

Problema pun terjadi, apakah  pepatah  yang menyebut bahwa buku adalah jendela dunia kini hanya jadi slogan yang telah kedaluwarsa? Lalu apakah eksistensi internet telah menggantikan buku sebagai jendela dunia?  Ironis memang, namun kenyataan yang ditemui, para pelajar sekarang lebih dulu memanfaatkan layanan mesin pencari  Google yang disediakan internet jika memperoleh tugas dari sekolah ataupun kampus.  Sedangkan buku menjadi referensi nomor dua.

Google begitu dieluk-elukan sedangkan buku hanya menjadi penghias sudut ruangan lalu menjadi sarang debu. Ini tak terlepas dari  karakter masyarakat indonesia yang hanya mau segala sesuatu terjadi dan berlangsung dengan cepat, instan serta murah dan internet memiliki semuanya.

Namun temuan baru yang dilakukan oleh para pakar Universitas College London selama 5 tahun terakhir dapat menampik pernyataan diatas. Kedua situs yang menyediakan akses ke jurnal-jurnal, buku elektronik, dan sumber-sumber informasi tertulis lain ialah British Library dan United Kingdom Educational Consortium. Mereka mengatakan bahwa ternyata para pengunjung situs tersebut hanya sekilas saja membaca artikel-artikel tersebut. Terkadang para pengunjung juga mengunduh dan menyimpan artikel dalam komputer pribadi tapi tak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka kembali membuka artikel itu untuk dibaca kembali. Dan ternyata temuan mereka sangat persis dengan perilaku kita saat mencari referensi di internet.

Banyaknya jenis hiburan, permainan (game online) dan penggunaan sosial media membuat perhatian kita terhadap bacaan teralihkan. Iklan-iklan khusus orang dewasa juga sangat berbahaya untuk anak dibawah umur yang sedang berselancar di internet.

Buku sangat disarankan

Kadang di film-film barat digambarkan orang yang sedang menunggu bis, disela-sela menunggu itu disempatkan untuk membaca buku. Walaupun cuma dilihat dari film-film, saya menyimpulkan bahwa tradisi membaca buku memang sudah mendarah daging dikalangan masyarakat barat. Hal yang jarang ditemui dan dipraktekkan orang Indonesia.

Secara fisik, buku bisa disentuh dan dirasakan. Perspektif dari segi kesehatan, membaca buku membuat mata lebih rileks ketimbang menatap layar monitor yang berakibat mata cepat lelah. Daya ingat dan konsentarasi dapat meningkat jika rajin membaca buku. Hal ini diungkapkan oleh peneliti Anne Mangen, PhD, dari Universitas Stavenger Norwegia.

Buku lebih jujur daripada kebanyakan konten di internet karena sebuah buku layak terbit jika telah melewati proses seleksi yang ketat dari pihak editor penerbit. Tentu fakta yang tertuang dalam buku hampir 100%  dapat dipercaya, berbeda dengan e-book maupun artikel yang menjamur di internet tanpa ada seleksi sehingga keakuratan data dan informasi sangat diragukan.

Membaca buku pada hakikatnya menjadi individu baru karena interaksi kita dengan teks. Teks-teks itu memperkaya pemahaman kita dan kemudian terintegrasi dalam psike seorang individu. 

Buku membuat pikiran kita terbuka. Perspektif kita jadi lebih luas, karena setiap penulis pasti punya hal yang ia yakini. Dengan membaca buku sebenarnya kita sedang diyakinkan oleh banyak orang pada saat bersamaan. Saat kita banyak baca buku, kita akan jadi orang yang lebih mudah menerima sesuatu yang baru.

Masyarakat kembali baca buku

Jangan harap kualitas sumber daya manusia indonesia meningkat dengan sendirinya kalau pemerintah dan semua kalangan bersikap apatis atas problema ini. Pengembangan masyarakat ke arah yang lebih baik tentu bisa melalui buku. Untuk mewujudkan hal itu, langkah-langkah taktis strategis perlu dilakukan.

Pertama, perlu adanya aksi semacam orasi dari mahasiswa dan semua kalangan intelek untuk mengurangi konsumsi internet dan mengajak kembali membaca buku. Dalam aksi tersebut bisa dengan menggelar aneka poster unik, kreatif, dan inspiratif bertuliskan ajakan membaca buku dan seruan untuk mengunjungi toko buku dan perpustakaan. Sebab poster adalah alat paling efektif untuk meningkatkan eksistensi suatu lembaga maupun berbagai macam kegiatan.

Kedua, mutlak anggaran pendidikan yang begitu besar kiranya beberapa persen dipakai menghidupkan dan memperdayakan semacam komunitas perpustakaan jalanan yang bisa disebar di seluruh pusat keramaian, bukan saja disekolah-sekolah. Sehingga akses menuju perpustakaan yang dianggap boros waktu bisa diminimalisir. Boleh dikatakan langkah ini untuk mendekatkan buku dengan masyarakat.

Ketiga, tentu semua ini dapat terwujud jika ada kemauan, keberanian, dan konsistensi pemerintah menggaet lembaga-lembaga swasta yang berkepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa agar bisa bekerjasama menyediakan buku serta bacaan berkualitas yang jauh lebih unggul daripada konten di internet.

Apabila ketiganya disegerakan, tentu kebiasaan masyarakat yang selalu mengonsumi layanan internet sebagai referensi akan berkurang dan menciptakan manusaia-manusia berwawasan luas  yang berkualitas sesuai bacaan yang dibacanya. Salam Indonesia membaca buku.

***

Ini adalah opini pertama saya yang dimuat di kolom opini Pos Kupang pada Jumat, 28 April 2017. Awal saya menulis dan mengirimkannya ke redaksi Pos Kupang, tidak terlalu berharap tulisan ini akan dimuat karena kebanyakan opini yang berhasil terbit dikoran-koran merupakan tulisan dari penulis dengan latar belakang baik dan mumpuni dibidangnya masing-masing. Tapi tulisan ini diijinkan redaksi Pos Kupang untuk terbit dan menjadi kebanggaan untuk saya sendiri, apalagi saya dengan latar belakang hanya mahasiswa strata 1 yang belum juga menyelesakan kuliah. Terimakasih Pos Kupang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun