Mohon tunggu...
James Natbais
James Natbais Mohon Tunggu... -

Penyuka fotografi jalanan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Antara Membaca Buku atau Browsing Internet

29 Juni 2017   23:31 Diperbarui: 30 Juni 2017   15:23 1546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Membaca buku pada hakikatnya menjadi individu baru karena interaksi kita dengan teks. Teks-teks itu memperkaya pemahaman kita dan kemudian terintegrasi dalam psike seorang individu. 

Buku membuat pikiran kita terbuka. Perspektif kita jadi lebih luas, karena setiap penulis pasti punya hal yang ia yakini. Dengan membaca buku sebenarnya kita sedang diyakinkan oleh banyak orang pada saat bersamaan. Saat kita banyak baca buku, kita akan jadi orang yang lebih mudah menerima sesuatu yang baru.

Masyarakat kembali baca buku

Jangan harap kualitas sumber daya manusia indonesia meningkat dengan sendirinya kalau pemerintah dan semua kalangan bersikap apatis atas problema ini. Pengembangan masyarakat ke arah yang lebih baik tentu bisa melalui buku. Untuk mewujudkan hal itu, langkah-langkah taktis strategis perlu dilakukan.

Pertama, perlu adanya aksi semacam orasi dari mahasiswa dan semua kalangan intelek untuk mengurangi konsumsi internet dan mengajak kembali membaca buku. Dalam aksi tersebut bisa dengan menggelar aneka poster unik, kreatif, dan inspiratif bertuliskan ajakan membaca buku dan seruan untuk mengunjungi toko buku dan perpustakaan. Sebab poster adalah alat paling efektif untuk meningkatkan eksistensi suatu lembaga maupun berbagai macam kegiatan.

Kedua, mutlak anggaran pendidikan yang begitu besar kiranya beberapa persen dipakai menghidupkan dan memperdayakan semacam komunitas perpustakaan jalanan yang bisa disebar di seluruh pusat keramaian, bukan saja disekolah-sekolah. Sehingga akses menuju perpustakaan yang dianggap boros waktu bisa diminimalisir. Boleh dikatakan langkah ini untuk mendekatkan buku dengan masyarakat.

Ketiga, tentu semua ini dapat terwujud jika ada kemauan, keberanian, dan konsistensi pemerintah menggaet lembaga-lembaga swasta yang berkepentingan mencerdaskan kehidupan bangsa agar bisa bekerjasama menyediakan buku serta bacaan berkualitas yang jauh lebih unggul daripada konten di internet.

Apabila ketiganya disegerakan, tentu kebiasaan masyarakat yang selalu mengonsumi layanan internet sebagai referensi akan berkurang dan menciptakan manusaia-manusia berwawasan luas  yang berkualitas sesuai bacaan yang dibacanya. Salam Indonesia membaca buku.

***

Ini adalah opini pertama saya yang dimuat di kolom opini Pos Kupang pada Jumat, 28 April 2017. Awal saya menulis dan mengirimkannya ke redaksi Pos Kupang, tidak terlalu berharap tulisan ini akan dimuat karena kebanyakan opini yang berhasil terbit dikoran-koran merupakan tulisan dari penulis dengan latar belakang baik dan mumpuni dibidangnya masing-masing. Tapi tulisan ini diijinkan redaksi Pos Kupang untuk terbit dan menjadi kebanggaan untuk saya sendiri, apalagi saya dengan latar belakang hanya mahasiswa strata 1 yang belum juga menyelesakan kuliah. Terimakasih Pos Kupang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun