Saya James Gerson Mansula, Calon Guru Penggerak Angkatan 11 dari SMA Negeri Bolan Kabupaten Malaka. Berikut ini saya akan memaparkan Koneksi antar Materi Modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Kesimpulan ini akan saya jawab berdasarkan panduan pertanyaan yang ada pada LMS.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pratap Triloka yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani menjadi pedoman penting seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin harus memberikan teladan dalam pengambilan sebuah keputusan. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin harus memberikan keteladanan bagi bawahannya dengan menerapkan nilai-nilai kebajikan misalnya kejujuran dan integritas tinggi. Seorang pemimpin sedapat mungkin mempertimbangkan dengan matang, mendengarkan masukan orang lain dan mengambil keputusan yang rasional. Seorang pemimpin juga harus memberikan motivasi dan dukungan kepada orang lain untuk dapat memberikan masukan ataupun terlibat dalam pengambilan keputusan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai --nilai yang dianut sejak kecil, memberikan pandangan kepada kita tentang mana yang baik dan yang buruk. Nilai-nilai itu akhirnya menjadi prinsip hidup pribadi yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Prinsip ini yang menjadi pedoman untuk mengarahkan, mempertimbangkan dan mengambil keputusan sehingga tidak bertentangan dengan niai-nilai yang kita percayai sejak kecil.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam pengambilan keputusan, tentunya akan sangat sulit bagi orang yang masih awam. Akan berbeda dengan orang telah berpengalaman menjadi pemimpin dan terbiasa mengambil keputusan atas suatu persoalan yang terjadi.
Jika seseorang masih ragu dalam mengambil keputusan, bisa dibantu dengan pelaksanaan proses coaching. Proses coaching membuat coachee mengembangkan ide-ide yang lebih kreatif sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Tentunya akan banyak opsi-opsi untuk pengambilan keputusan. Coachee dapat menilai pilihan mana yang paling tepat dengan resiko yang paling minim.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kematangan kompetensi sosial dan emosional seseorang, dapat membantunya untuk mengenali potensi diri, membangun relasi yang baik dengan sesama, empati terhadap orang lain dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Orang yang memiliki kematangan sosial emosional ditambah lagi dengan pengalaman, akan membantunya untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan walaupun masalah yang dihadapi adalah benar melawan benar (dilema etika).