Produksi dengan metode transfeksi berprinsip pada transformasi sel induk, dalam kasus ini, CHO, agar dapat memproduksi antibodi monoklonal, yang sebelumnya tidak. Setelah kita menemukan gen target yang membuat antibodi daratumumab pada sel mamalia atau hybridoma, kita perlu memasukan gen itu ke dalam plasmid sebelum nantinya akan masuk ke sel induk. Umumnya plasmid yang digunakan adalah plasmid pcDNA3.1. Anggapannya, vektor adalah alat bagi kita agar kita bisa memindahkan resep daratumumab, agar sel induk kita bisa membuat produk daratumumab. Gen target antibodi daratumumab dapat dimasukan ke dalam sel dengan menggunakan enzim restriksi untuk memotong dan ligasi untuk menempelkan, mirip seperti cut and paste setelah dilakukan perbanyakan gen/amplifikasi dengan PCR. Bila berhasil melewati tahapan seleksi plasmid dan berhasil dikonstruksi, maka kita sudah siap masuk ke tahapan berikutnya (Costa et al. 2010; Weers et al. 2011; DeLuca et al. 2022; Niazi 2024).
Di langkah selanjutnya dari produksi daratumumab, diperlukan sel induk yang stabil serta yield atau produksi produk yang tinggi. Karena alasan tersebut, Sel CHO, terutama sel CHO-K1 atau CHO DG44 merupakan pilihan yang baik untuk produksi antibodi monoklonal. Sel yang terpilih kemudian ditransfeksi dengan plasmid dengan metode elektroporasi atau lipofeksi. Perlu diperhatikan bahwa sel mamalia seperti CHO sangat rapuh sehingga perlakuan transfeksi harus dilakukan dengan presisi dan hati-hati (Li et al. 2010; Weers et al. 2011; Niazi 2024). Bila sudah didapatkan sel yang berhasil di transfeksi, perlu dilakukan perbanyakan bila kita mau memproduksi antibodi dalam jumlah besar. Metode ini meliputi seleksi sel yang tingkat produksinya sangat tingi, dan juga melihat profil glikosilasi untuk memastikan antibodi yang dihasilkan sesuai dan cocok untuk dijadikan produk. Sel yang memenuhi syarat akan dikloning atau diperbanyak sehingga kualitas dan yield yang dihasilkan adalah yang terbaik, dan tidak berubah-ubah (Costa et al. 2010; Li et al. 2010; Nadeem et al. 2018; DeLuca et al. 2022; Niazi 2024).
Untuk tahapan produksi massal, dapat digunakan bioreactor dengan modifikasi untuk memastikan kondisi optimum seperti oksigen, pH, dan temperatur bagi sel tetap terjaga. Umumnya digunakan strategi fed-batch atau pemberian nutrisi berkala sehingga pertumbuhan sel dan produksi antibodi dapat terus meningkat. Setelah produksi, dilakukan pemanenan sederhana dengan sentrifugasi sehingga sisa sel akan mengendap, sementara antibodi akan ada di cairan yang disebut supernatant. Antibodi kemudian dipurifikasi dengan kromatografi protein dan ion-exchange. Pada tahapan ini, perlu juga dilakukan QC terkait karakteristik dan aktivitas fungsional dari antibodi yang diproduksi. QC dapat meliputi SDS-PAGE, western blot atau bahkan ELISA. Hasil produksi yang telah dipurifikasi akan dikomersialkan sehingga sampai ke tangan konsumen (Costa et al. 2010; Li et al. 2010; Weers et al. 2011). Salah satu produsen yang menerapkan metode transfeksi sel CHO untuk produksi antibodi monoklonal daratumumab adalah perusahaan Genmab bersama Janssen Pharmaceuticals yang mengkomersialkan produk Darzalex dan Darzalex Fasspro .
III.Kelebihan dan Kekurangan DaratumumabÂ
Daratumumab memiliki berbagai kelebihan dan kekurangannya sendiri, beberapa di antaranya adalah efikasi yang baik di mana penggunaan daratumumab menunjukkan aktivitas signifikan dalam mengobati pasien dengan jenis myeloma yang tumbuh kembali atau dikenal dengan relapsed/refractory myeloma. Selain itu, daratumumab juga memiliki potensi dalam memberikan hasil yang menjanjikan ketika dikombinasikan dengan jenis terapi lain sehingga dapat meningkatkan efek antimyeloma. Keamanan penggunaan daratumumab juga menjadi poin yang layak disebut karena efek samping yang ditimbulkan cenderung aman (Phipps et al. 2015).
Beralih ke kekurangannya, salah satu poin yang menjadi sorotan utama adalah harga atau biaya produksi dan pengobatannya. Sebagai prosedur terapi yang masih baru, penggunaan daratumumab masih mahal dan masih sulit untuk diakses oleh kalangan umum. Selain itu, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, efek samping penggunaan daratumumab memang cenderung aman. Namun, hal ini tidak menandakan bahwa pemakaiannya bebas dari resiko, infusion-related reactions atau IRR merupakan salah satu kekurangan pemakaian daratumumab di mana dapat terjadi efek samping seperti demam, batuk, dan mual pada pasien dalam rentang waktu tertentu setelah kontak pertama dengan daratumumab (Phipps et al. 2015).
IV.Kesimpulan