Mohon tunggu...
Jamesallan Rarung
Jamesallan Rarung Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Kampung dan Anak Kampung

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Magister Manajemen Sumber Daya Manusia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kepribadian Manusia Terbentuk Sejak di Dalam Kandungan

3 Agustus 2014   08:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:33 2416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14070261231313579176

[caption id="attachment_350713" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Kurator (Shutterstock)"][/caption]

"Kepribadian manusia adalah bawaan sejak lahir. Setiap manusia dilahirkan dengan masing-masing kepribadian yang berbeda dan unik".

("The color code", Taylor Hartman)

Sejak terjadinya pembuahan antara spermatozoa dan ovum (sel telur), maka dimulailah rangkaian unik nan rumit untuk penyatuan dua sifat yang masing-masing dibawa dan dikode oleh kromosom asal dari bapak dan ibu. Rangkaian penggabungan ini akhirnya akan membentuk organ-organ yang vital maupun organ penunjang secara fisik, yang pada akhirnya akan lengkap menjadi suatu kesatuan tubuh manusia sesuai dengan fungsi dan peranannya.

Ternyata selain terjadinya pembentukan dan pertumbuhan secara fisik, bayi dalam kandungan juga mengalami pembentukan dan pertumbuhan kepribadiannya. Banyak silang pendapat para ahli tentang apakah kepribadian yang terbentuk di dalam kandungan tersebut telah lengkap atau belum. Yang mengatakan belum, berpendapat bahwa nanti setelah lahir dan dewasalah baru kepribadian tersebut mulai terbentuk. Namun sebagian berpendapat sebaliknya, mereka percaya bahwa sejak lahir telah lengkaplah kepribadian dalam diri anak tersebut dan perjalanan hidupnya hingga dewasa hanyalah berupa "sejarah atau kronologi kepribadian" menuju kematangan.

Berdasarkan pada beberapa penelitian terhadap ibu yang pernah mengandung lebih dari satu anak, didapatkan gambaran yang berbeda antara saat mengandung anak yang satu dengan yang lainnya. Kesaksian dari para ibu menguatkan pendapat, bahwa memang benar sejak dari dalam kandungan masing-masing anak telah menunjukkan perilaku dan respon yang berbeda, baik terhadap aktifitas ibu maupun gejolak perasaan ibu. Perbedaan aktifitas bayi dalam kandungan tersebut sangatlah berkesan bagi para ibu. Kemudian ternyata terbukti, bahwa perbedaan itu akan berlangsung sampai anak tersebut besar dan dewasa.

Kepribadian adalah kode perilaku, kepribadian  juga adalah inti pikiran dan perasaan di dalam diri yang selalu memberitahukan kita, bagaimana cara kita membawa diri. Itu adalah daftar respon yang berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dipegang kuat. Hal itu akan mengarahkan reaksi emosional kita sekaligus reaksi rasional pada setiap pengalaman hidup. Bahkan juga akan menentukan jenis reaksi mana (emosional atau rasionalkah) yang kemungkinan Anda miliki dalam sebuah situasi. Kepribadian adalah proses aktif dalam setiap hati dan pikiran seseorang yang menentukan bagaimana ia merasa, berpikir, dan berprilaku.

Kenyataan serta bukti-bukti eksperimen psikologis pada bayi-bayi yang baru lahir hingga beberapa hari setelahnya, menunjukkan bahwa emosi juga merupakan suatu bawaan. Seperti diungkapkan oleh Atkinson & Aitkinson, bahwa sejak kelahiran, seseorang telah membawa tiga emosi dasar, yaitu: perasaan takut, marah dan senang. Meskipun  juga muncul pendapat yang berbeda tentang hal ini, dari seorang tokoh psikologi perkembangan, Elizabeth Hurlock, namun dia juga membenarkan tentang adanya perkembangan emosi yang tampak nyata pada bayi yang baru dilahirkan.

Ada sebuah kisah menarik, dan silakan Anda untuk memilih percaya atau tidak. Cerita ini akan mendukung penelitian-penelitian yang sudah ada (sumber: Anthony Dio Martin). Kasus ini diceritakan oleh seorang ibu setengah baya yang memiliki seorang anak perempuan yang duduk di bangku kelas 2 SMA. Sejak kecil si anak ini susah diatur, susah diajak bicara baik-baik. Karena kesulitan menghadapi anaknya ini si ibu akhirnya mendatangi seorang psikolog untuk berkonsultasi. Secara kebetulan psikolog ini juga memiliki kemampuan analisa yang kuat dan dalam. Di bagian akhir konsultasinya psikolog tersebut menjelaskan dengan tepat suatu peristiwa yang pernah dialami ibu tersebut, yang belum sempat ibu itu ungkapkan. Penjelasan psikolog ini tentu saja mengagetkannya, karena kejadian yang terkait dengan anak perempuannya itu memang betul-betul pernah terjadi. Si psikolog dapat menduga bahwa dulunya si anak adalah bayi yang tidak diharapkan (unwanted child). Akhirnya, keluar juga pengakuan dari ibu tersebut bahwa saat mengandung anak perempuannya itu, dirinya memang belum siap mental maupun ekonomi. Berkali-kali ibu tersebut mencoba menggugurkan kandungannya. Namun tak berhasil. Begitu jengkelnya, hingga ibu tersebut sering mengatai "anak celaka", "anak sialan", dan lain-lain. Tindakan yang dilakukan oleh ibu tersebut, menurut si psikolog, tanpa sadar telah didengar dan dirasakan oleh si jabang bayi, sehingga membangun perasaan marah pada bayi yang dikandungnya. Secara tidak sadar bayi itu seolah berkata dalam kandungannya, "Sekarang saya lemah dan tak berdaya dalam kandungan, dan ibu bisa memperlakukan saya seenaknya. Tapi awas, kalau saya sudah besar nanti, saya akan membalas pada ibu!". Hal itu terbukti di kemudian hari.

Dalam dunia psikologi perilaku, terdapat dua kubu yang berbeda pandangan. Kubu pertama adalah mereka yang lebih menekankan pada faktor gen dan karakteristik dasar (yang ada sejak lahir). Teori ini biasa disebut nativist atau nature. Kubu nature dimotori oleh Edward L. Thorndike (1903) yang menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia, faktor yang menentukan adalah hereditas/ keturunan. Kubu kedua, dicetuskan oleh John B. Watson pada tahun 1925. Kubu kedua ini terkenal dengan ungkapan bahwa pengalaman mampu menuliskan segala pesan pada tabula rasa, berupa lembaran putih bersih sifat dasar manusia. Para pendukung teori ini menekankan empiricist (menitik beratkan pada proses belajar dan pengalaman) atau biasa disebut nurture.

Sejak adanya pernyataan dan kesepakatan pendapat, bahwa perdebatan tentang nature dan nurture telah selesai (Turkheimer, 2000), hampir semua psikolog dewasa ini akhirnya sependapat bahwa kedua sifat tersebut, yaitu sifat pembawaan (aangeboren) dan peran lingkungan (experience) akan selalu saling berinteraksi satu sama lainnya. Sehingga, hasilnya akan menentukan ciri-ciri fisik, sekaligus juga  akan menghasilkan sifat-sifat psikologis. Interaksi tersebut selalu bekerja dalam dua arah.

Berdasarkan uraian singkat diatas, setidaknya kita mempunyai pilihan dan harapan. Pilihannya adalah bagaimana kita akan semakin memperhatikan pendidikan anak sejak dalam kandungan, dengan cara menanamkan dalam diri ibu sikap dan perasaan yang positif dan membangun. Karena ternyata sejak dalam kandungan, kita manusia sudah mulai membentuk kepribadian kita. Harapan kita tentunya sesuatu yang baik, dengan mulai mempraktekkan cara berpikir dan bersikap yang positif, bagi para ibu yang sedang mengandung bayinya, maka kelak dihari depan bangsa Indonesia dapat menciptakan pribadi-pribadi selain sehat juga berpikiran maju dan kreatif, serta berkepribadian baik.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang membangun kepribadian bangsanya, mulai dari pembentukan kepribadian anak bangsa sejak dalam kandungan. Semoga bangsa Indonesia semakin maju dan jaya. Ayo buktikan bahwa kita Indonesia hebat!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun