Kita memiliki kecenderungan diam ketika melihat ketidak-idealan, padahal bisa melakukan sesuatu karena merasa bahwa hal tersebut bukanlah urusan kita.Â
Sebelum diingatkan oleh guru tersebut saya sering "tidak mau campur tangan" karena menganggap diri saya tidak dirugikan, padahal belum tentu hal tersebut tidak mempengaruhi orang lain juga.
Seperti kasus yang saya alami, saya tidak merasa terganggu atas obrolan si A dan B, tapi apakah sekitar saya juga sama? Apakah orang lain terganggu juga tapi memang malas mengingatkan karena suaranya tidak didengar oleh A dan B? Mengapa harus saya kan ada orang lain juga?
Mengingat bahwa saya adalah teman dekat mereka, saya mungkin adalah satu dari sekian orang yang akan "didengar" oleh teman saya. Sehingga akan sangat berdampak apabila saya yang mengingatkan tentunya.Â
Secara tidak langsung, keributan yang mereka hasilkan adalah output dari saya yang tidak mau mengingatkan mereka juga. Bukan berarti saat kita tidak dirugikan, suatu hal bukan menjadi urusan kita.
Pada masa ini kita sering melihat kebobrokan terjadi di masyarakat dan memilih diam karena takut dianggap menggurui. Bahkan sering juga orang yang bertindak justru di cerca dengan perkataan,
"Memangnya kamu sesuci apa sampai berani-beraninya bertindak?"
"Sadar diri dulu sana, masih banyak salah kok ngingetin!"
Pemahaman bahwa seseorang yang berhak mengingatkan orang lain adalah orang yang 100 persen sempurna adalah pemahaman super bobrok yang sering kita jumpai di masyarakat. Karena pada dasarnya tidak ada orang yang sempurna, bukan? Tapi saya yakin masing-masing kita memiliki porsi apa yang bisa dan lebih baik apabila kita yang melakukannya. Seperti tadi, saya bisa lebih baik mengingatkan daripada orang lain karena saya teman dekat A dan B.
Dasar dari mengingatkan adalah tahu mana yang benar dan seharusnya dilakukan dan bisa mengingatkan dengan cara yang tepat (karena cara yang tidak tepat membuat pesan tidak sampai). Tidak perlu harus sempurna dari segala aspek hidup agar seseorang berhak mengingatkan yang lain.
Akhir kata, saya ingin mengingatkan sekali lagi bahwa saat kita membiarkan ketidak-idealan terjadi, padahal kita bisa bertindak, kita menjadi penyebab dari ketidak-idealan tersebut. Terimakasih Bu Guru, karena telah mengingatkan saya untuk bertindak, bukannya menjadi bagian yang menyebabkan ketidak-idealan terjadi.Â