Mohon tunggu...
James Aditya
James Aditya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar yang belajar untuk menulis

Seorang mahasiswa yang berusaha melihat dunia dari berbagai sisi dan menyampaikan opininya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Setan, Kesetiaannya pada Tuhan dan Bagaimana Kita Belajar Darinya

20 November 2020   09:20 Diperbarui: 20 November 2020   09:26 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/vectors/setan-merah-kartun-iblis-jahat-29973/

Berdamai menurut saya adalah solusi yang sangat win-win tentunya. Bagi setan, mungkin hukuman mereka dapat diringankan (saya tidak mengklaim ini benar, tapi who knows pikiran Tuhan juga kan) mengingat mereka tidak menyesatkan manusia sampai akhir zaman. Lalu dari sudut pandang Tuhan, pasti lebih mudah menghimpun manusia agar mengikutiNya juga karena tidak ada lagi godaan dari setan. Toh setan juga sudah berada disampingnya sebagai teman, bukan oposisi lagi, tak ada untungnya setan menghimpun massa untuk melawanNya. Untuk manusia, well harusnya hidup manusia jadi lebih “bener” daripada hari ini sih, kan setan bukan lagi menjadi penyebab seseorang berbuat jahat, artinya faktor penyebab kejahatan diminimalisir dong.

Sekali lagi, kenapa setan tidak pernah diceritakan mencoba berdamai dengan Tuhan? 

Menurut saya karena suatu alasan yang simpel dan patut dicontoh yaitu karena setan merupakan sosok yang setia akan perintah. Kembali lagi, siapa yang memberikan mandat setan untuk menyesatkan manusia? Tuhan sendiri kan, bukan inisiatif setan sendiri. Saat Tuhan menyampaikan bahwa akhir dari setan adalah maut bagi mereka, apa tindakan mereka? Saat Tuhan mengusir dan menghardik mereka karena kecintaanNya pada manusia, apa tindakan mereka? Tetap melaksanakan tugas sesuai SOP. 

Sekarang kita berkaca pada diri kita sebagai manusia. Berapa banyak kasus seseorang yang diberi kepercayaan oleh Tuhan justru berakhir berbelok dari tugasnya? Bahkan saat mereka masuk bui, mereka menggunakan uang untuk “memperbaiki keadaannya”. Atau mungkin hal seperti mahasiswa yang tidak mau melaksanakan kesempatannya (dan tugasnya) untuk berkuliah dengan baik dan justru memilih untuk bermain game sampai melupakan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai pelajar. 

Setan aja waktu dihukum tidak berusaha memperbaiki keadaannya dengan nyuap atau ngeles sama Tuhan loh!

Mungkin kita bisa menilik sosok yang selama ini kita pandang sebelah mata untuk belajar tentang kesetiaan akan tugas. Sekali lagi kita tidak perlu dan tidak boleh mengikuti kesesatan setan dan kecenderungannya untuk menyesatkan orang, tapi kita meneladani bagaimana ia totalitas terhadap peran yang didefinisikan padanya. Mungkin di akhir nanti, sesaat sebelum ia dimusnahkan, setan akan tersenyum sambil berkata puas 

“Akhirnya tugasku selesai” ~ ala-ala anime Jepang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun