Mohon tunggu...
Djohan Chan
Djohan Chan Mohon Tunggu... Jurnalis - Pernah menjadi Redaktur di beberapa Media Cetak dan Elektronik, pernah memjadi Pemimpin Redaksi dibeberapa Media Cetak dan Elektronik

Hoby membuat berita, merangkum berita, membuat ulasan berita, menyunting dan menyusun berita, membuat artikel tulisan. Mempublikasikannya ke publik, sebagai edukasi. Yang baik pantas untuk ditiru, yang jelek, pantas untuk dihindari. Saling mengingatkan sesama manusia itu penting, karena manusia tidak luput dari kehilapan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cuci Otak dengan Analisa

27 Oktober 2022   00:28 Diperbarui: 27 Oktober 2022   00:51 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun semuanya itu, sebagai manusia yang memiliki akal pikiran yang sehat. Dibutuhkan suatu analisa, baik dalam dunia nyata, ataupun dalam mimpi. Analisa, artinya sebuah kontrol, untuk memperbandingkan, antara fakta yang terjadi, baik dalam dunia nyata, maupun dalam dunia mimpi.    

Perbandingan yang dimaksud, untuk menghampiri kebenaran. Adakah suatu peristiwa yang terjadi itu, sesuai dengan logika pemikiran yang sehat ?, realita (wajar) atau tidak ?. Dari hasil perbandingan analisa itu dapat disimpulkan, antara kebohongan dan kebenaran. 

Penulis sengaja menuangkan artikel yang berjudul Cuci Otak Dalam Analisa ini bertujuan, untuk sekedar mengingatkan. Agar pembaca selalu dapat membuang waktu, untuk melakukan " Analisa Cuci Otak, " sebelum memutuskan tidakan dalam sesuatu hal.  

Bukan satu- dua orang yang pintar, memiliki kedudukan dan jabatan. Baik itu Aparat hukum, Dosen dari Perguruan tinggi, Pegawai Negri Sipil (PNS) Aparat Sipil Negara (ASN) banyak bertindak semaunya, tanpa melakukan " Analisa Cuci Otak, " hingga terjebak pada persoalan hukum.  

Contoh semisalnya yang sudah banyak terjadi. Oknum Dosen, Oknum Kepolisian, tergoda pada seseorang wanita, bertindak semaunya, tanpa melalukan analisa, bahwa dirinya adalah salah seorang aparat Kepolisian, ataupun Dosen. Akhirnya harus berurusan ke ranah hukum.

Akibat dari perbuatannya yang melakukan asusila itu. Oknum tersebut dijebloskan ke Penjara san diberhentikan dari tempatnya bekerja. bahkan, anak dan istrinya terpaksa menanggung rasa malu pada masyarakat yang mengenalnya. 

Guna mencegah dan mengatasi berbagai masalah, selain asusila, termasuk pelanggaran tindak pidana korupsi keuangan. Selayaknya untuk mawas diri, untuk menjaga kepercayaan tugas yang di embannya. Suatu perbuatan, tanpa dianalisa dengan logika, sering membuat hidup jadi menderita.  

Kalau perbuatan yang dilakukan tidak realita (Se-bagaimana lazimnya), maka itu diluar logika pikiran yang sehat, apapun alasannya. Sebagaiman pepatah mengatakan " Sepandai-pandainya  tupai melompat, ada kalahnya jatuh juga ketanah." mempunyai rasa keingan yang kuat, untuk melakukan suatu perbuatan, hendaknya berdiskusi terlebih dahulu dengan akal dan pikirannya.   

Demikianlah artikel ini dibuat oleh penulis. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan dapat untuk menghindari dari mala petaka, pedomani pepatah lama mengatakan " Biarlah hidup sederhana, asalkan terhormat. Daripada hidup kaya raya, tetapi terhina, karena perbuatannya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun