Wilayah konsentrasi kini telah dikubur dalam peti mati, akibatnya para pejantan tidak ada lagi tempat untuk menyalurkan aspirasi.
Akhirnya birahi meluap bagaikan gunung erosi. Malapetaka datang silih berganti, remaja putri dianggap sebagai nasi, peristiwa ini datang dan melanda hingga keujung negri.
Memahami artinya birahi, ternyata tidak punya hati. Kedudukan dan jabatan terkesan tidak ada arti, sekalipun orang- orang yang dianggap suci, ternyata butuh untuk menyalurkan aspirasi. Â
Peristiwa birahi melanda didalam negri, diduga karena tidak ada wilayah konsentrasi, sebagai tempat menyalurkan aspirasi, akibatnya menimbulkan erosi. Â Â
Luapan erosi birahi, ternyata membuat pejabat dan orang-orang suci tidak sadarkandiri, kaum ibu dan remaja putri, selalu jadi korban intimidasi. Â Â
Guna menanggulangi luapan erosi birahi, perlukah Pemerintah membuat suatu lokalisasi untuk menyalurkan aspirasi pejantan ?. Setidaknya dapat mengurangi dari perbuatan intimidasi terhadap kaum ibu dan remaja putri. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H