Para industri Tahu dan Tempe di Indonesia, akhir akhir ini dicekam oleh rasa kebingungan untuk hidup, akibat harga bahan baku untuk industrinya, berupa Kacang Kedelai impor mengalami peningkatan harga yang cukup signifikan. Â
Menurut Dirjen Perdagangan Dalam negeri, Kementerian Perdagangan Oke Nurwan. Kenaikan harga kacang di pangsa pasar, dari harga Rp 8.000 per kilogram, hingga menyampaikan harga Rp 13.000 per kilogram sejak minggu pertama Februari 2022, disebabkan terjadinya gangguan suplai kacang kedelai di tingkat dunia.
Terkait dengan kenaikan harga kedelai itu, para pengrajin tahu tempe Indonesia berharap, dan meminta pemerintah untuk dapat mengendalikan harga kacang kedelai impor tersebut, dari tangan distributor. Atau memberi subsidi, guna membantu para Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang terdampak Covid-19.
Sebagaimana fakta yang terlihat saat ini, para pelaku ekonomi kecil yang mengelolah industri tahu tempe sudah tidak bisa menjalankan usahanya, berjualan tahu tempe, alias gulung tikar. Karena mereka sulit untuk melakukan penyesuaian, antara harga pembelian kedelai dengan bentuk tahu tempe yang diproduksinya.
" Kalau tahu tempe dibentuk seperti biasa, harganya dinaikkan, dikhawatirkan konsumen merasa enggan untuk membelinya. Demikian dengan hal sebaliknya, kalau harganya tetap dipertahankan seperti biasa, namun bentuk tahu tempe ukurannya diperkecil, juga diragukan, konsumen merasa enggan membelinya," kata sejumlah pengrajin tahu tempe Indonesia. Â Â
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, ada 5 negara sebagai importir pemasok kacang kedelai ke Indonesia. Dalam kurun waktu tahun 2021 lalu, total impor kedelai ke Indonesia mencapai 2,49 juta ton, dengan nilai mencapai USS1,48 miliar atau setara Rp21,1 triliun dengan kurs Rp14.300. Â
Dari 5 importir tersebut, negara Amerika Serikat (AS) merupakan importir kedelai terbesar ke Indonesia. Pada tahun 2021 AS mengimpor kedelai ke Indonesia sebesar 2,15 juta ton, dengan nilai USD1,29 miliar, atau sekitar Rp18,4 triliun. Kedua adalah negara Kanada, pada tahun yang sama mengimpor 232 ribu ton kedelai, dengan nilai USD135,8 juta atau sekitar Rp1,9 triliun.
Untuk urutan ketiga, ada negara Argentina, pada tahun yang sama negara ini mengimpor kedelai ke Indonesia mencapai 89,95 ribu ton, dengan nilai USD52,08 atau sekitar Rp744 miliar. Diurutan ke empat, negara Brazil, mengimpor kedelai sebanyak 9,2 ribu ton, dengan nilai USD5,34 juta atau sekitar Rp76 miliar. Diurutan terakhir ke 5, adalah negara Malaysia. Mengimpor kedelai 5,5 ribu ton, dengan nilai USD2,46 atau sekitar Rp35,1 miliar.
Terkait dengan kenaikan harga kacang kedelai impor ini, menurut Dirjen Perdagangan Dalam negeri, Kementerian Perdagangan Oke Nurwan. " Hal itu terjadi karena adanya kenaikan biaya sewa lahan dan ketidak pastian cuaca di negara produsen, mengakibatkan petani kedelai di AS menaikkan harga," beber Oke.Â
Oke Nurwan juga mencontohkan pada negara Brasil, pada Januari 2022 memproduksi 140 juta ton kedelai, menurun jadi 125 juta ton per 10 Februari 2022. Penurunan produksi kedelai itu terjadi karena berbagai faktor dan karena adanya inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 7 persen, berdampak pada harga input produksi kacang kedelai.