Mohon tunggu...
Jamaludin Law
Jamaludin Law Mohon Tunggu... -

Sederhana yang bukan biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Cinta Buat Istriku

12 April 2012   08:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:43 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan penat karena macet dari Central Park menuju Bekasi di perjalanan sore itu seperti lain ku rasakan ada dorongan yang menggoda, untuk kunikmati saja tanpa menggerutu atau sekedar ngomel karena ada orang yang menyebrang mendadak atau sekedar motor yang memotong jalur mengambil jatah jalanku, ikhlas saja kulepas bahkan ku pasang senyum seramah mungkin sambil menganggukkan kepala tanda ikhlas, satu hal yang langka di dapati, dan sulit di lakukan di kota besar seperti Jakarta ini, atau karena hari ini aku makan di Java Kitchen bersama kolegaku bisnisku, ah bukan juga sepertinya… atau apakah karena hari ini ku dapat proyek dari tamuku yang jauh-jauh datang dari Bontang Kalimantan, atau jangan-jangan aku jatuh cinta… aduh yang ini nih bikin repot.. Semakin ku kais lebih dalam lagi apa yang membuat perasaanku begitu ringan, tenang dan senang di perjalanan sore ini menuju rumah di dusun terpencil jauh dari kacau balaunya Jakarta, yang biasanya terasa bagaikan penjajahan belanda dalam hidupku tak berarti bila di bandingkan dengan senangnya hatiku hari ini. Sesaat masih belum terjawab mengapa ?. Tiba di rumah Istriku menyiapkan makan seperti biasa, bersih –bersih badan langsung menyantap makanan, sudah menjadi kebiasaan walaupun sudah makan di luar, tetap saja masakan Istri bikin laper di rumah, beda tempat beda selera mungkin… selera makan maksudnya. Selepas ngobrol ringan tentang kegiatan hari ini, dan cita-cita masa depan biasanya Istriku selalu bercerita kegiatan mengajarnya, ceritanya pun tak jauh-jauh seputar aksi kocak teman seprofesinya atau kisah kenakalan anak-anak sekolah jaman sekarang, jujur saja kadang-kadang selera humorku terpanggil juga karena ceritanya, Komputer Pentium IV yang ku biarkan telanjang tanpa kasing kunyalakan, bunyi windows yang khas melengkapi jari-jariku untuk selalui berkreasi dengan key boardnya, di pojok sebelah kanan bawah monitor tertera tanggal dan waktu menunjukkan jam 20.00 WIB pada tanggal 9 April 2012, sejenak ku tertuju lama melihatnya, ada apa dengan tanggal ini ?.. Sesekali ku pandang wajah Istriku yang sedang sibuk merapikan tempat tidur, seperti ada sesuatu yang indah memandangnya malam ini, yah sinyal itu ku dapat dari senyumannya yang khas sambil sesekali ku torehkan wajahku ke tanggal kecil di pojok kanan bawah monitor komputerku,…semakin lama semakin jelas kudapat oh yah hari ini adalah hari ulang tahun Istriku. Tepat tanggal 10 April 2012 nanti pada jam 00.00 WIB Istriku berulang tahun yang ke 31, rasa bahagia yang terangkai tanpa sadar seharian penuh terjawab sudah dan hampir saja ku lupakan,ternyata ini yang membuat hatiku selalu berdebar tanpa sebab yang ku sadar ternyata ada yang sedang berbahagia, di separuh jantungku, pantas saja walaupun kesibukkanku hari ini yang luar biasa tetap saja percikkan bahagia itu tetap ku rasakan. Istriku semakin dewasa dan semakin menarik, di usia matang dan mandiri telah menjadi pendamping setiaku selama 9 tahun terakhir ini, waktu yang begitu singkat ku rasakan namun perjalanan panjang jika di kenang. Harusnya ku siapkan kue ulang tahun atau kado istimewa yang ku dapati pada Film-Film romatis di TV, atau ku bawakan serangkaian bunga segar dengan warna merah jambu nan harum. tapi….. Mengingatnya ku teringat cerita kisah cinta sejati sepanjang jaman, cintanya Khadijah r.a kepada Rasulullah walaupun nyatanya Istriku bukanlah Khadijah r.a apalagi aku menyerupai akhlak rasulullah pun tidak, namun yang kurasakan akan janjinya nikahilah wanitamu karena agamanya, maka hari ini ku pastikan aku sangat berbahagia di sampingnya.karena nasehatmu ya rasul, ku dapati itu semua. Aku hanya separuh sebelumnya hingga ia datang menjelma menjadi makhluk yang bernama Istri, sebelumnya pun aku hanya laki-laki biasa, tidak sempat bermimpi menjadi suami, menjadi anak atau menjadi abangpun ku harus banyak belajar lagi, apalagi menjadi seorang ayah itupun aku masih berangan. Mandiri seringkali menjadi hal yang sangat sulit ku lakukan walaupun hanya sekedar merapikan kembali tempat tidur di pagi hari merupakan menu pelajaran kelas satu SD yang tak pernah lulus bagiku. Apalagi mengenal lebih jauh tentang tanggung jawab, suatu pelajaran tingkat tinggi yang hanya gampang di ucap namun sangat sulit di perbuat, jika lebih jauh bicara materi, aku adalah manusia serba tidak bisa, dan tidak ada, tidak pernah bermimpi menjadi hartawan sekedar untuk menabungpun di masa bujang bisa jadi di lakukan jika harus terpaksa ada kebutuhan yang harus di penuhi hanya dengan jalan itu. andaikan saja istriku menikah karena hartaku pasti tidak ada jaminan kalau saat ini aku adalah suaminya. Hingga akhirnya ku nikahi ia dengan kesederhanaan, sedikit keberanian tapi dengan keyakinan yang matang bahwa inilah jodohku, maka untuk membuktikannya aku harus bersiap dan mengkhitbahnya, dan ternyata benar itu terjadi. Jika ku ingat bagaimana engkau ku nikahi maka begitu Nampak kelas dan kualitasmu istriku, wanita yang tak pernah sedikitpun kurang keyakinan akan kebesaranNYA wanita yang tak pernah gentar mendengar calon suaminya adalah pengangguran kelas wahid. Wanita yang mengedepankan sedikit nilai baikku di matanya,di bandingkan dengan sederet atau setumpuk kelemahanku, aku laki-laki sholeh pilihannya, itu alasanmu yang hingga kini menjadi pertanggungjawabanku. Kesederhanaan yang ku persembahkan saat itu ku kira karena kemiskinanku biang keladinya, tapi Allah beracara lain dengan kehendakNYa kita di pertemukan dalam kondisi seperti itu untuk bagaimana kita belajar menjadi ikhlas, dan bersabar. Keikhlasan dan kesabaranmu saat itu adalah pemicu bagi semangatku untuk memberikan yang terbaik dalam kehidupanmu bersamaku. Ingat betul ba’da shalat sunah setelah nikah ku cium keningmu dan ku bisikkan ke telingamu “ ma’afkan istriku aku tidak membawakanmu harta berlimpah semoga kau ikhlas menerimanya,aku tidak berjanji apa-apa namun aku kan berusaha menjadi suami dambaanmu”. Wanita pilihanku mendengarkan dengan mata berbinar sambil menandingi dengan rasa optimisnya “ aku yakin padamu”. Waktu berlalu, hari ku lalui bersamamu kesederhanaan itu makin lama kita rasakan bukan sebagai kelemahanku saat itu tapi kini makin menjadi kebutuhan kendatipun cerita itu sudah lama berlalu dan kondisi sudah berubah. Kau tetap seperti dulu menjadi istri yang tak pernah menuntut lebih padaku, yang selalu menerima aku apa adanya.kesabaran dan ketenanganmulah yang menjadikanku tetap sabar dan tenang menanti kehadiran buah cinta kita sepanjang usia pernikahan kita atau mungkin di sepanjang hayat kita.jika dulu ku tak pernah sempat berangan menjadi seorang ayah tapi kini ku rasakan rasa itu semakin dalam mencengkramku, semakin ku angan semakin kuat keinginanku dan semakin besar tawakkalku. Dan jika dulu ku hanya sekedar bermimpipun tak bernyali untuk menjadi manusia yang mengerti dengan tanggung jawab,kini bahkan kutelah menoreh janji bahwa kau akan mendapatkan hakmu terhadapku karena yang ku takuti itu.jika dulu ku berego bahwa dengan materi cinta dapat di beli kini ku tahu dan mengerti cinta ku raih dengan kesungguhan.ku bersyukur... Dan merupakan suatu kenikmatan yang lebih dari pada dunia dan seisinya untuk dapat menumbuhkan nasabku dalam rahimmu, dalam anganku dalam khayalku, seringkali menjadi cobaan tahap ke dua di saat ku semakin jatuh cinta padamu. Biarkan aku menjadi Suami pilihanmu, yang tetap menjadi kebanggaanmu pada keadaan sempit maupun lapang, biarkan ku tetap belajar bertanggung jawab menjadi laki-laki yang layak dan pantas menjadi suami dambaanmu, dan .. Terimakasih atas sambutanmu..terimakasih atas kesabaranmu, terimakasih telah setia menjadi pendamping hidupku, terimakasih telah mempercayaiku untuk mengemudi bahtera ini. tersadar dari asiknya mengalir dalam ketikkan, ku lihat di sana istriku sudah tertidur pulas dengan gulingnya, jam pada desktop monitorku menunjukkan pukul 22.12 wib,ku iringi tidurnya dengan kukirimkan tulisan ini pada wall facebooknya. Semoga panjang umur istriku, tambah keimananan, kesehatan Rezeqi, semakin bermanfaat buat orang lain, amien Selamat Milad Istriku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun