Kisah pertama kali menulis di media online berawal dari rasa kecewa yang begitu mendalam setelah artikel buku kolaborasi ditolak oleh penerbit karena melewati tanggal deadline.Â
Padahal artikel yang akan diterbitkan tersebut merupakan artikel yang terbaik karena sudah saya review berulang kali dan sudah melewati cek plagiat, karena usaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik itulah, sampai akhirnya tidak menyadari bila sudah melewati batas deadline
Jujur, itu kekecewaan terberat yang saya rasakan dalam menulis artikel karya buku yang pernah saya alami. Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan sampai akhirnya mencari informasi teman yang saya ketahui sering memuat artikel di media online.Â
Beliau menyarankan agar artikel buku tersebut diterbitkan aja di media online, karena pengakuan beliau artikel yang saya buat layak untuk diterbitkan di media online.
Akhirnya saya mencoba memasukkan artikel saya di salah satu media online. Setelah menunggu beberapa lama, dan tanpa disangka akhirnya artikel tersebut berhasil diterbitkan, hal ini membuat semangat saya bangkit kembali.
 Mulai saat itu, saya mulai mencoba kembali menerbitkan artikel lain di media online yang sama sampai akhirnya saya mencoba untuk mendaftar dan ingin bergabung di media online kompasiana.com. Setelah melengkapi semua data yang diinginkan kompasiana.com dan menunggu beberapa saat sampai akhirnya disetujui oleh media online tersebut.
***
Kesan indah yang sangat membekas selama menjadi kompasianer hingga hingga saat ini adalah penerbitan artikel Kisah Amirah kemudian viral sehingga sekarang kehidupannya menjadi lebih baik lagi
Masih ingat kisah Amirah yang viral  di bulan Februari tahun 2021 yang lalu? Seorang gadis mungil, anak piatu yang ibunya meninggal dunia kemudian ditinggalkan ayahnya merantau, sampai akhirnya bersama neneknya dari mulai bayi hingga anak-anak.Â
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka harus memulung barang bekas yang dijual untuk makan sehari, itulah pekerjaan sehari-hari Amirah dan neneknya. Yang membuat kita prihatin adalah mereka tinggal di bantaran sungai.Â