Mohon tunggu...
Jamaludin
Jamaludin Mohon Tunggu... Dosen - Guru dan Dosen

Seorang guru dan dosen, lahir di Bah Jambi, 11 Januari 1973 memiliki latar belakang keilmuan teknik informatika, alumni Magister Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara. Aktif mengajar di SMK Telkom Medan dan Politeknik Ganesha Medan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Amirah, Nikmatnya Rendang dan Tauco Masakan Nenek Amirah

27 Juli 2022   01:17 Diperbarui: 27 Juli 2022   16:43 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memask rendang dan tauco (Dokpri)

Hari Raya Idul Adha tahun 1443 H sudah hampir selesai, terlihat daging qurban di freezer kulkas masih membeku. Idul Adha tahun ini kali pertama tanpa masakan rendang ciri khas Sibolga, setelah istri meninggal dunia di akhir bulan Mei 2022 yang lalu. Anak perempuan saya yang baru semester empat pun, tidak sempat mendapatkan warisan ilmu memasak rendang Sibolga dari umminya.

Dahulu ketika umminya masih sehat, dia tinggal lama di pesantren kemudian melanjutkan kuliah di UIN Sumatera Utara.  Kesibukan aktivitas kuliah,  tidak punya banyak waktu untuk belajar memasak kecuali bisa mengolah daging qurban dengan nama  Tumis Petir Daging Lembu dan membuat Sop Daging Lembu, itupun diperoleh secara otodidak melalui tutorial di Youtube. Alhamdulillah lumayan enak juga, masakan 'koki' anak perempuan saya yang baru pintar memasak.

Rasa rindu akan rendang Sibolga dan tauco alm istri, namun hal itu tidak  bisa dirasakan lagi bahkan untuk selamanya.  Sampai  akhirnya teringat dengan nenek Amirah yang katanya pintar masak. Tidak beberapa lama berpikir, lalu membuat perencanaan untuk menjemput Amirah dan  neneknya.

Setelah mendapatkan informasi dari Pak Evan Afri salah satu team Jum'at Berbagi Sugiharjo (JBS) Deli Serdang, penjemputan Amirah dan neneknya pun dilaksanakan.

Masih ingat kisah Amirah, anak piatu yang pernah tinggal di bantaran sungai, berikut link kisahnya :

https://www.kompasiana.com/jamaludin6719/602ac17b8ede480904440c73/viral-kisah-amirah-anak-piatu-bersama-kakeknya-dan-neneknya-ternyata-tinggal-di-pinggiran-sungai

***

Cuaca di siang hari Ahad (24/07/22) tidak begitu panas cocok untuk menjemput Amirah dan neneknya. Jam 13.05 Wib meluncur dari Medan menuju ke rumah Amirah di Batang Kuis sampai tiba di lokasi sekitar jam 13.50 Wib. Nampak keceriaan di wajah Amirah melihat saya datang, ternyata mereka sudah bersiap untuk berangkat, karena sudah diberitakan penjemputan mereka sebelumnya.

Bertiga kami meluncur kembali ke Medan dengan sepeda motor Supra X 125. Di perjalanan kami sempat juga ngobrol walau agak terdengar sayup-sayup. Nenek Amirah mengatakan bahwa saat Hari Raya Idul Adha mendapat daging yang sudah dimasak dari team JBS hanya beliau mengeluhkan mengenai pembagian daging oleh panitia qurban yang tidak merata  di tempat tinggal beliau.

Ada beberapa keluarga di sekitar rumah Amirah tidak mendapatkan daging qurban, namun sebagian lagi tempatnya yang jauh dari lokasi masjid  ternyata mendapatkannya, kata Nenek Amirah. Padahal kalau dari kondisi ekonomi kamilah yang berhak mendapatkannya, lanjut nenek Amirah mengatakannya.

Saya hanya bisa menenangkannya, tidak apa-apa tidak mendapatkan daging qurban dari masjid mungkin belum rezeki.  Insya Allah nanti nanti ada daging yang dimasak dan tulang  daging mentah untuk sop yang bisa dibawah pulang, kata saya kepada nenek Amirah.

Membeli Bumbu di Pasar Gambir Tembung

Belanja Bumbu di Pasar Gambir Tembung (Dopri)
Belanja Bumbu di Pasar Gambir Tembung (Dopri)

Tidak terasa ngobrol selama di jalan, ternyata sudah sampai di Pasar Gambir Tembung. Tempat ini sangat cocok untuk membeli bumbu dan sayur, disamping harganya murah juga lengkap bahkan tidak mengenal waktu baik pagi, siang bahkan sore hingga menjelang malam tetap ramai.

Dengan memberikan fulus untuk kebutuhan memasak rendang dan tauco, maka dengan semangat nenek Amirah jalan untuk membeli bumbu-bumbunya. Nampak sekali bakat pemasak nenek Amirah, yang sudah mengetahui bumbu yang mau dibeli dan banyak tahu tempat-tempatnya.

Saya dan Amirah hanya menunggu di sepeda motor sambal memantau nenek Amirah membeli bumbu-bumbu yang dibutuhkan. Setelah semua bumbu dan sayur terbeli, selanjutnya kami menuju rumah saya. Hanya membutuhkan 25 menit lagi dan akhirnya sampai di rumah.

Memasak Rendang dan Tauco

Memask rendang dan tauco (Dokpri)
Memask rendang dan tauco (Dokpri)

Tiba di rumah langsung mempersiapkan peralatan dan perlengkapan masak untuk memulai memasak. Bumbu-bumbu dan sayur yang sudah dibeli, dikeluarkan dikupas, dirajang, dibersihkan. Anak perempuan saya juga ikut membantu. Saya membatin, mudah-mudahan dia bisa belajar dari nenek Amirah dan bisa nanti memasaknya ke depannya.

Kompor gas sudah dihidupkan, minyak dipanaskan kemudian bumbu-bumbu dimasukkan ke wajan dan proses pemasakan sudah dimulai. Nenek Amirah secara bersamaan memasak rendang dan tauco, tidak begitu lama aroma masakan sudah tercium, membuat perut sudah tidak sabar untuk menyantapnya.

Sambil  menunggu nenek Amirah memasak, saya dan anak-anak sempat ngobrol mengenai pelajaran sekolah dan pengajian membaca iqra setiap sore di sekitar rumahnya.  Setelah saya pancing membaca Al Qur'an, ternyata Amirah belum bisa membaca Al Qur'an dan membaca koran.  Kemudian Amirah juga mendapat tugas dari guru Agama di sekolah menghapal surat Al Ikhlas, yang belum juga menghapalnya. Hal ini membuat saya agak risau, maka saya ambil smartphone dan mencari video mengenai pembelajaran Al Qur'an dan cara menghapal surat pendek khususnya surat Al Ikhlas. 

Tidak terasa kami mengobrol, sampai akhirnya jam 17.10 semua masakan sudah selesai di masak, dan siap untuk disantap. Apalagi waktunya sudah sore memang sudah seharusnya diisi.

Menikmati Bersama Masakan Nenek Amirah

Menikmati bersama masakah nenek Amirah (Dokpri)
Menikmati bersama masakah nenek Amirah (Dokpri)

Tidak sabar ingin menikmati masakah nenek Amirah, pertempuran makan di sore hari sudah digelar. Kamipun tidak sabar untuk menikmati bersama masakan yang di masak nenek Amirah. Luar biasa masakan nenek Amirah begitu nikmat, ini pertama kali saya dan anak-anak bisa makan bersama Amirah dan Neneknya.

Tidak beberapa lama selesai makan, adzan Maghrib berkumandang dan siap untuk menunaikan sholat Magrib. Setelah itu saya mengantarkan kembali Amirah dan nenek ke Batang Kuis sembari membawa daging yang sudah dimasak dan tulang daging mentah untuk sop nenek Amirah.

Sampai di Batang Kuis sekitar jam 20.50 Wib, tidak menunggu lama langsung pulang untuk kembali lagi ke Medan. Selama di jalan terbayang suasana nenek Amirah memasak di rumah dan makan  bersama, sampai tidak terasa tiba di rumah dan waktupun sudah mendekati pukul 21.00 Wib.

Keletihan menjemput dan mengantar kembali  Amirah dan nenek ke Batang Kuis, bisa terbayarkan dengan nikmatnya santapan rendang dan tauco masakan nenek Amirah, dan ini bisa mengobati kerinduan akan masakan alm istri.

#BantuAmirahSekolah

Penulis, Guru SMK Telkom Medan & Dosen Politeknik Ganesha Medan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun