Dengan malu-malu dia bercerita, bahwa dia merasa senang menyertai neneknya walaupun kadangkala sering diejek teman-temanya. “Ada juga om orang yang mengusir kami, karena tidak suka kami datang”, kata dia dengan ucapan yang masih polos.
Kemudian saya tanya kembali, “Apakah Amirah mau sekolah”, dengan nada sedih dia menjawab, “Nenek tidak punya uang untuk menyekolahkan Amirah”. Sambil bercerita matanya liar tidak fokus, kemudian lari setelah melihat ada cup botol bekas di selokan dan diambilnya kemudian diletakan di goni plastik.
Kemudian neneknya kembali melanjutkan ceritanya. Sejak kecil setelah meninggal ibunya bahkan ditinggal ayahnya merantau, membuat mental anak kecil begitu kuat untuk menghadapi pahitnya hidup. Padahal anak seusia 6 tahun seharusnya masa yang dilewati dengan bermain sebagaimana teman-teman seusianya.
Jangankan memiliki gadget yang sudah umum dipakai anak-anak sekarang, untuk makan saja sangat susah apalagi mau sekolah. Mungkin dia tidak kenal postingan tik tok yang berseliweran yang dishare dari anak bayi sampai lanjut usia, yang dia kenal hanya botol cup bekas yang bisa dijual.
Kalau dahulu masih bisa sekolah di PAUD, semuanya tinggal kenangan, sekarang sudah tidak bisa lagi melanjutkan ke sekolah SD karena tidak ada uang. Dia sangat kepingin sekali ingin sekolah sebagaimana anak-anak yang lalu bisa bersekolah.
***
Belajar dari Keteladanan Amirah
Sangat ironis jika masih ada pejabat atau menteri yang menelap dana bansos untuk kepentingan pribadi atau golongan di saat orang-orang sedang mengalami kesulitan hidup. Wajar saja banyak orang yang berkomentar miring mengenai para petinggi tersebut. “Disaat orang dalam kesulitan akibat pandemik ini, sampai teganya ada orang yang mengkorupsi dana yang tidak seberapa”, kata salah seorang teman setelah melihat mantan menteri di OTeTe oleh KaPeKa.
Demikian kisah Amirah yang harus berjuang hanya untuk bisa bertahan hidup bersama neneknya yang merindukan bisa sekolah menyesakkan data kita, masih banyak lagi Amirah-Amirah lain yang butuh perhatikan kita.
Tanggung jawab siapakah kondisi keprihatinan mereka ?????