Mohon tunggu...
Jamaluddin Jamal
Jamaluddin Jamal Mohon Tunggu... Guru -

Belajar dari bawah, sebarkan dari atas

Selanjutnya

Tutup

Bola

Pesona Sepak Bola dalam Kemelut

19 Desember 2016   13:44 Diperbarui: 19 Desember 2016   14:05 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepak bola merupakan olahraga dengan peminat terbesar di dunia. Paling populer dan paling digemari di seluruh dunia. Pernyataan tersebut barangkali tidak terbantahkan, bahkan rasanya tidak diperlukan sebuah penelitian ilmiah untuk mendapatkan pengesahan atas pernyataan tersebut. Situs www.most-popular.net (2006, March 20) berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Fédération Internationale de Football Association (FIFA) pada tahun 2001 menyatakan bahwa sepakbola adalah olahraga paling populer dimainkan hari ini. Survei ini menunjukkan bahwa lebih dari 240 juta orang memainkan olahraga sepakbola di lebih dari 200 negara di hampir setiap bagian dari dunia.

Di Indonesia, hegemoni sepak bola dalam dunia olahraga hampir mencapai puncak euphoria-nya. Lihat saja pencapaian Timnas sepak bola kita saat ini. Perjuangan tanpa kenal lelah dengan kualitas pemain yang terbatas akibat kesepakatan yang dilakukan manajemen Timnas dengan klub-klub yang mengikuti liga sepak bola kasta tertinggi. Ditambah lagi PSSI masih disibukkan dengan masalah lama dan proses pemilihan Ketua Umum PSSI.

Kalau dilihat dari masalah-masalah itu, harusnya kita merasa wajar kalau-kalau Indonesia tidak lolos fase grup. Itupun diraih melalui perjuangan keras melawan Singapura pada pertandingan terakhir fase grup dan harus menang untuk lolos fase berikutnya. Kemudian di semi final melawan Vietnam yang jelas-jelas kolektifitas permainannya jauh lebih baik dari Indonesia dalam dua pertandingan (kandang-tandang).

Final leg kedua menghadapi Thailand di rumahnya sendiri merupakan perjuangan berat lainnya demi meraih mahkota tertinggi sepak bola Asia Tenggara. Kemenangan di leg pertama menjadi modal sekaligus tantangan besar karena harus tetap dipertahankan.

Sudah seharusnya kini jiwa-jiwa pecinta sepak bola di seluruh sudut dan pojokan warung kopi maupun pos siskamling menonton bareng sambil berdoa. Semua demi kemenangan Tim Nasional Republik Indonesia. Hingga nanti kita sadari Sang Kapten mengangkat Trofi.

“Inilah Sepak Bola, pesonanya menembus hati menuju kedamaian”

Namun, drama ini tidak berakhir manis seperti di sinetron-sinetron ataupun ftv (fil televisi). Yang seharusnya kita katakan sekarang ialah, ”Mari bersabar dalam kondisi kisruh sepak bola yang menuju akhir. Pencapaian hingga ke final merupakan berkah berlebih dalam kondisi yang kurang memungkinkan. Bersabarlah. Kemenangan tepat jatuh kepelukan kita melalui proses pembinaan bibit-bibit muda berikutnya”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun