Mohon tunggu...
JAMALUDDIN
JAMALUDDIN Mohon Tunggu... Dosen - Bukan Siapa-Siapa Hanya Manusia Biasa

Let's do today and our future

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka, Bagaimana Memaknainya?

23 Agustus 2023   10:57 Diperbarui: 23 Agustus 2023   12:21 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum lama ini Indonesia memperingati dirgahayu Republik Indonesia yang ke 78 tahun. rasa semangat dan suka cita memeriahkan peringatan HUT RI hampir diseluruh penjuru pelosok tanah air. ini  sebagai simbol bahwa kita menghargai jasa para pahlawan yang berjuang sampai titik  darah penghabisan. 

kalau kita kembali ke masa kolonialisme zaman Belanda 350 tahun kita dijajah begitu sengsaranya rakyat indonesia dengan politik Devide et impera (politik adu domba). ditambah lagi dijajah oleh Jepang yang kita kenal dengan prapoganda gerakan 3 A nya yakni Nippon cahaya asia, Nippon pelindung asia, Nippon pemimpin asia. 

Perjuangan yang tidak kenal lelah, perang gerilya, perundingan delegasi dalam mencapai puncak kemerdekaan dan alhamdulilah kita ucapkan  puji syukur kepada  Tuhan Yang Maha Esa, pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia. ini menandakan perampasan akan harkat dan martabat serta belenggu kolonialisme berakhir di bumi Nusantara ini.

tidak berhenti disana, para pahlawan kita dalam  mempertahankan kemerdekaan pasca Agustus 1945, usaha menghadapi perang dunia ke 2 beruntun dan bertubi-tubi ini bisa kita lihat pada berbagai peristiwa Perang Medan Area pada Oktober 1945, perang  Surabaya pada November 1945, bandung lautan api pada Maret 1946. 

Kilas balik ini mengingatkan kita bahwa usaha  kemerdekaan itu tidak mudah, pengorbanan sampai jiwa dan raga dipertaruhkan untuk mendapatkan kemerdekaan. demi kalimat "MERDEKA" "MERDEKA" MERDEKA". Merdeka yang berarti bebas dari belenggu penjajah, intervensi negara lain, dan kesewenang-wenengan atas harkat dan martabat kemanusiaan. 

Menafsirkan kemerdekaan di era globalisasi saat ini akan berbeda jauh menisik ke 78 tahun silam. dimana era kebebasan berpikir dan keterbukaan global digaungkan kan dimana-mana. sejatinya bila  ingat teori evolusi Carles Darwin dengan teori seleksi alamnya bahwa mahluk hidup yang mampu bertahan hidup maka akan tetap hidup dan sebaliknya mahluk hidup yang tidak mampu bertahan hidup maka akan punah atau sirna. tak termasuk manusia didalamnya yang merupakan bagian dari mahluk hidup.

Teori seleksi alam  ini bukan sebagai teori fundamental, namun bisa dijadikan tafsiran luas di zaman modern ini dalam memaknai arti dari kemerdekaan. bila diera perjuangan kemerdekaan kita memaknai dengan pertempuran, pertumpahan darah, delegasi dan lain sebagainya. akan tetapi di era 5.0 ini semua kita dituntut mampu bersaing dari pasar global.  persaingan yang dimaksud adalah usaha dalam memperoleh taraf hidup, kesejateraan, kemakmuran, pekekerjaan yang layak, pendidikan yang berkualitas, kesehatan terpadu, dan masih banyak lagi pengharapan untuk bertahan hidup lainnya. Baca juga artikel sebelumnya :

https://www.kompasiana.com/jamaluddin-4863/64cf425e633ebc3bd428a5d2/kakek-tua-penafkah-keluarga

Merdeka dalam arti sempit bisa kita maknai bebas dari belenggu penjajah bangsa asing. merdeka dalam makna luas sebagai multi tafsir bahwa merdeka tidak hanya bebas belenggu saja, merdeka dalam keleluasaan, kesamaan dalam kesempatan, peluang dalam hal skala prioritas kehidupan dan lain sebagainya.

Apakah merdeka dalam memenuhi skala prioritas kehidupan sudah terpenuhi ? 

Jawaban pun multi tafsir ! merdeka dalam memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari ini harus liner dengan kesempatan pekerjaan yang layak. karena dengan pekerjaan yang layak kebutuhan hidup akan terpenuhi paling tidak kebutuhan pokok primier saja sudah menopang untuk hidup, sekunder dan tersier untuk kesekian kali untuk dipenuhi. kita lihat persaingan untuk memperoleh pekerjaan yang layak saat ini sangatlah sulit ini disebabkan terbatasnya lapangan pekerjaan, keahlian dan faktor lainnya. kita harus tetap bekerja untuk mampu bertahan hidup dengan profesi yang kita miliki meskipun masih jauh dari kata layak.

Merdeka dalam makna kesempatan pendidikan, menjadi atensi kita semua karena belum lama ini proses Penerimaan Peserta didik baru (PPDB) mengalami cidera karena adanya problem dilapangan yang terindikasi adanya KKN. bisa baca artikel sebelumnya :

https://www.kompasiana.com/jamaluddin-4863/64be36504addee7a2b3fa5d3/ppdb-zonasi-atau-donasi

Padahal pemerintah sudah membuat aturan dan teknis PPDB 2023 sistem yang diterapkan sudah cukup jelas dan tegas, ya namun praktik kepentingan masih menyelimuti di negeri kita ini. susah memang tanpa ada revolusi mental yang hakiki.

Merdeka dalam makna pelayanan kesehatan, masih banyak yang belum memperoleh pelayanan kesehatan yang belum memadai.  padahal tema gerakan masyarakat sehat ( GERMAS) dicanangkan dimana-mana. khawatir ini hanya sebagai slogan belaka yang pada akhirnya masyarakat harus berjuang lagi untuk merdeka dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

ini menjadi problem bersama dan perlu Penyelesain bersama. yang kita harapkan Kemerdekaan itu merdeka tidak hanya teriakan MERDEKA, MERDEKA, MERDEKA saja dengan angkatan tangan sorak semangat 45 . melainkan merdeka dalam pemenuhan skala prioritas kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun