Mohon tunggu...
Jamaluddin Rahmat
Jamaluddin Rahmat Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Dedikatif Tingkat Nasional 2023

Seorang guru yang menyenangi dinamika sosial dan freelancer yang fokus pada web design dan development. Penulis juga dapat dihubungi melalui blog pribadi jamalrahmat.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran berbasis Nilai-Nilai Kebajikan

23 Oktober 2024   20:40 Diperbarui: 23 Oktober 2024   21:26 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filosofi Ki Hajar Dewantara, khususnya konsep "Pratap Triloka" (Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani), memiliki hubungan erat dengan pengambilan keputusan seorang pemimpin pembelajaran. Pemimpin yang efektif tidak hanya berperan sebagai teladan di depan, tetapi juga mendukung dan memberdayakan dari belakang. Dalam konteks pengambilan keputusan, filosofi ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memimpin dengan memberikan contoh, mendorong kolaborasi, serta memberi kebebasan dan kepercayaan pada orang-orang yang dipimpinnya. Ini berarti bahwa keputusan yang diambil harus memperhatikan keseimbangan antara arahan yang jelas dan ruang bagi guru atau siswa untuk berkembang secara mandiri.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Nilai keadilan, empati, dan integritas, misalnya, akan membimbing seorang pemimpin dalam membuat keputusan yang adil dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini memengaruhi cara kita melihat masalah dan bagaimana kita memprioritaskan solusi, baik untuk kepentingan individu maupun kelompok. Pengambilan keputusan yang berakar pada nilai-nilai etika akan menciptakan dampak positif pada lingkungan belajar, menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi semua pihak.

Dalam perjalanan pembelajaran, kegiatan coaching yang diberikan oleh pendamping atau fasilitator memiliki peran penting dalam menguji pengambilan keputusan yang telah kita lakukan. Coaching memberikan ruang refleksi dan evaluasi untuk melihat apakah keputusan yang diambil sudah efektif atau masih memerlukan perbaikan. Melalui coaching, kita bisa mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan dalam diri terkait keputusan tersebut dan mencari solusi yang lebih baik. Proses ini membantu memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya didasarkan pada asumsi atau kebiasaan lama, tetapi juga mempertimbangkan pertumbuhan pribadi dan profesional.

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat penting dalam pengambilan keputusan, terutama ketika menghadapi dilema etika. Guru yang sadar akan emosinya dan mampu mengendalikannya dapat mengambil keputusan yang lebih bijaksana dan adil. Misalnya, dalam situasi di mana seorang siswa melanggar aturan, seorang guru yang mampu mengenali emosinya sendiri dan memahami situasi siswa tersebut akan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat, seperti menawarkan dialog daripada hukuman langsung.

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika selalu kembali pada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Nilai kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab akan menjadi dasar dalam menghadapi kasus-kasus dilema etika di kelas. Misalnya, dalam situasi di mana seorang siswa menghadapi konsekuensi atas perilakunya, guru harus mengambil keputusan yang tidak hanya adil tetapi juga memperhatikan perkembangan karakter siswa tersebut, sehingga tindakan yang diambil tidak hanya bersifat hukuman tetapi juga edukatif.

Pengambilan keputusan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Ketika seorang pemimpin atau guru membuat keputusan yang adil dan bijaksana, lingkungan sekolah menjadi tempat yang mendukung pembelajaran dan perkembangan pribadi. Sebagai contoh, keputusan untuk menerapkan pendekatan diferensiasi pembelajaran yang mempertimbangkan kebutuhan setiap siswa akan menciptakan suasana kelas yang inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar.

Tantangan dalam menghadapi kasus dilema etika sering kali muncul dari tekanan lingkungan dan harapan masyarakat sekitar. Di lingkungan sekolah, perubahan paradigma dari pendekatan otoriter ke pendekatan yang lebih humanis dan berbasis nilai memerlukan penyesuaian dari semua pihak. Guru dan pemimpin sekolah perlu terus menerapkan pengambilan keputusan yang berlandaskan etika meskipun mungkin menghadapi resistensi atau perbedaan pandangan.

Pengambilan keputusan yang tepat dalam pembelajaran akan memerdekakan siswa, memungkinkan mereka untuk mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Guru yang mengambil keputusan berdasarkan pemahaman tentang kebutuhan dan potensi individu siswa akan dapat menyesuaikan pembelajaran agar lebih relevan dan bermakna. Ini berkaitan dengan konsep diferensiasi pembelajaran yang mendorong guru untuk menyediakan pendekatan yang fleksibel dan disesuaikan dengan karakteristik siswa.

Seorang pemimpin pembelajaran yang bijak dapat sangat mempengaruhi masa depan siswa. Keputusan-keputusan yang diambil terkait dengan pembelajaran, pengembangan karakter, dan kesempatan untuk berkembang dapat membentuk bagaimana siswa memandang diri mereka dan dunia di sekitar mereka. Misalnya, keputusan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif akan membekali mereka dengan keterampilan yang relevan di masa depan.

Modul 3.1 mengenai Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin memperkuat pemahaman tentang pentingnya pengambilan keputusan yang berlandaskan nilai-nilai etika dan sosial emosional dalam konteks pendidikan. Modul-modul sebelumnya yang membahas disiplin positif, teori kontrol, dan pembelajaran sosial emosional semuanya saling terkait dalam membentuk pemimpin pembelajaran yang mampu mengambil keputusan secara bijaksana dan berdampak positif pada lingkungan belajar. Kesimpulannya, pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus selalu mempertimbangkan kesejahteraan siswa, nilai-nilai yang dianut, serta dampaknya pada lingkungan sekolah.

Setelah mempelajari konsep-konsep ini, saya semakin memahami bahwa pengambilan keputusan dalam pendidikan melibatkan banyak aspek, terutama ketika dihadapkan pada dilema etika. Empat paradigma pengambilan keputusan (individual vs. komunitas, kebenaran vs. kesetiaan, jangka pendek vs. jangka panjang, dan keadilan vs. belas kasihan) memberikan kerangka yang membantu dalam menimbang berbagai faktor dalam situasi yang kompleks. Tiga prinsip pengambilan keputusan (berbasis rasa peduli, berbasis peraturan, dan berbasis hasil akhir) memberikan panduan etis, sementara sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan memastikan proses pengambilan keputusan dilakukan secara terstruktur dan reflektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun