3. Buku tabungan KSP Logam Mulia tidak mencantumkan nomor rekening dan ada tanda tangan resmi petugas KSP. Buku tabungan hanya memuat nama murid dan nama sekolah. Maka kami bertanya, lazimkah hal ini? Dimana-mana buku tabungan ada nomor rekeningnya yang menjadi bukti kepemilikan account di bank yang bersangkutan. Karena itu kami pun bertanya-tanya soal jaminan keamanan uang tabungan. Kemudian bagaimana dengan mekanisme pengambilan uang jika ada siswa yang membutuhkan secara insidental?
4. Ketika menabung, buku tabungan siswa tidak mendapat bukti setoran berupa selembar kertas print out seperti di bank-bank pada umumnya. Catatan setoran hanya ada pada buku tabungan. Itupun tidak berupa print out melainkan tulisan tangan. Bukankah mekanisme ini rawan disalahgunakan dan bermasalah pada otentisitas bukti setoran?
Beberapa hal tersebut, jujur saja, membuat kami gelisah dan takut. Apakah bapak tahu bahwa sebagian besar sekolahan tidak benar-benar menjalankan program ini dengan benar? Karena kami takut, maka kami tidak membagikan buku tabungan kepada para siswa. Sebagian besar yang menabung adalah kami para guru, kepala sekolah, dan petugas TU sekolah. Kami menyisihkan uang setiap minggu untuk ditabungkan atas nama siswa. Sebenarnya ini tidak benar. Namun bagaimana lagi, kami tidak berani menolak secara terang-terangan karena ada isu yang beredar bahwa kami akan dipindah jika melawan perintah bupati. Kami juga tidak tega memobilisasi siswa untuk menabung di lembaga yang keamanannya tidak terjamin. Kalau nanti terjadi apa-apa pada koperasi dan berimbas pada uang tabungan siswa, bukankah kami, para guru ini, yang akan dikejar-kejar (dikuya-kuya) orang tua siswa.
Demikian Bapak Bupati. Mohon kiranya bapak bupati meninjau ulang kebijakan yang sangat tidak berpihak pada guru ini. Kami paham bahwa bapak bupati ingin bisnis pribadi sukses, namun kami kira jangan dengan cara memperalat siswa.
Terakhir, ada sebagian teman guru yang mengira bahwa sebenarnya program menabung siswa ini adalah salah satu cara bapak mengumpulkan dana untuk maju dalam pencalonan pemilihan gubernur Jawa Tengah tahun 2018 mendatang. Namun saya pribadi tidak percaya dan tidak sependapat karena bukankah bapak Musthofa sudah kaya dan memiliki uang berlebih dari hasil menjabat dua periode di Kudus.
Tapi jika dugaan teman-teman itu benar, maka saya kira ini sungguh sebuah cara yang kurang terpuji. Saya yakin bapak bupati mempunyai ide dan cara untuk mencapai tujuan, karier, kesuksesan, dengan cara-cara yang lebih bijak dan tidak menyakiti masyarakat.
Demikian bapak, mohon maaf kalau ada tutur kata yang tidak berkenan.
Terimakasih
Wassalamualaikum wr wb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H